Mohon tunggu...
Danang Arief
Danang Arief Mohon Tunggu... Psikolog - baca, nulis, gowes adalah vitamin kehidupan

Menekuni bidang pengembangan organisasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Stres, Jembatan Menuju Kesuksesan

18 November 2022   17:05 Diperbarui: 19 November 2022   10:15 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi stres kerja. Sumber: wayhomestudio di freepik.com

Berdasarkan survey dari American Psychological Association (APA), 3 dari 5 karyawan melaporkan dampak negatif dari stres terkait pekerjaan. Termasuk kurangnya minat dan motivasi (26%) serta berkurangnya upaya di tempat kerja (19%).

Jumlahnya lebih tinggi lagi bagi praktisi HR. Berdasarkan HR Trend 2023 yang dipublikasikan oleh AIHR, sebanyak 98% profesional HR melaporkan bahwa mereka merasa burn out dalam pekerjaannya.

Semakin tingginya ketidakpastian bisnis, dapat berdampak pada layoff dan timbulnya kecemasan pada karyawan. Dua hal yang merupakan domain HRD.

Mereka sendiri - Praktisi HR - bahkan tidak aman dari ancaman layoff ini.

Mengenal Stres yang Bermanfaat

Stres dapat didefinisikan sebagai segala jenis perubahan yang menyebabkan ketegangan fisik, emosional atau psikologis.

Stres adalah respons tubuh kita terhadap hal apa pun yang dinilai membutuhkan perhatian atau tindakan.

Stres di tempat kerja bisa berasal dari mana saja. Bisa karena jalanan ke kantor macet, dapat tugas tambahan padahal tugas yang ada sudah menumpuk, atasan yang cuek bebek dan lain sebagainya.

Stres berpengaruh terhadap otak dan tubuh kita. 

Pengaruhnya bisa baik ataupun buruk, tergantung dari besar kecilnya tingkat stress yang kita peroleh.

Kinerja atau performance kita akan meningkat dengan bertambahnya tingkat stres, tetapi hanya sampai titik tertentu. Ketika tingkat stres menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah, kinerja menurun.

Hal ini dikenal sebagai "Hukum Yerkes-Dodson".

Ilustrasi
Ilustrasi "Hukum Yerkes-Dodson". Sumber: healthline.com

Tingkat stres yang kelewat tinggi dapat membuat kita kewalahan. Akibatnya, kita akan merespons situasi secara negatif: melawan (fight), menghindar (flight) atau tidak melakukan apa-apa (freeze).

Contohnya adalah ketika kita akan memberikan suatu presentasi penting, promosi jabatan misalnya.

Terlalu cemas akan merusak konsentrasi dan dapat membuat kita lupa hal apa yang seharusnya disampaikan. Sebaliknya, jika lelah dan tidak termotivasi, kita juga tidak akan mampu menyampaikan presentasi dengan baik.

Kita membutuhkan kadar stres yang optimal.

Stres dan Otak

Ada bagian di otak kita yang disebut sebagai korteks prefrontal (PFC), yang sangat penting untuk berpikir tingkat tinggi (analytical thinking).

Untuk bekerja secara optimal, PFC membutuhkan keseimbangan neurokimia yang hampir sempurna---tidak terlalu banyak, tidak terlalu sedikit, tetapi tepat.

Ketika kita lelah, bosan, atau tidak termotivasi, sejumlah kecil neurotransmiter dopamin dan norepinefrin dilepaskan.

Sebaliknya, stres yang ekstrim menghasilkan pelepasan dopamin dan norepinefrin tingkat tinggi.

Dalam kasus terlalu sedikit atau terlalu banyak zat kimia saraf ini, efeknya pada otak kita adalah sama: kita lebih terganggu, tidak teratur dan pelupa. Akibatnya, kinerja tidak optimal.

Jenis Pekerjaan & Tingkat Stres yang Dibutuhkan

Jenis pekerjaan yang berbeda membutuhkan tingkat stres yang berbeda untuk dapat memperoleh kinerja optimal.

Pekerjaan yang sukar atau tidak familiar, membutuhkan tingkat stres yang lebih rendah untuk dapat berkonsentrasi dengan baik.

Di sisi lain, tugas yang membutuhkan stamina dan daya tahan - olahraga misalnya - membutuhkan tingkat stres yang lebih tinggi.

Aktivitas fisik membutuhkan tingkat stres yang lebih tinggi agar dapat menampilkan kinerja optimal. Sumber: HBR
Aktivitas fisik membutuhkan tingkat stres yang lebih tinggi agar dapat menampilkan kinerja optimal. Sumber: HBR

Kenalilah Tingkat Stres Kita

Ada kalanya kita mendapatkan beban kerja yang rendah.

Kerja akan lebih menyenangkan karena santai. Namun, itu hanya sementara. Dalam jangka panjang, pekerjaan akan menjadi membosankan. Dampaknya kita jadi kurang produktif dan kompetensi tidak meningkat.

Dalam kondisi tersebut, kita bisa menchallenge diri kita sendiri dengan berinisiatif membuat target pekerjaan yang harus dipenuhi (gunakan metode SMART).

Bisa juga dengan membantu rekan kerja yang load kerjanya sedang banyak, atau meminta job enrichment untuk memperkaya wawasan dan keterampilan kita.

Ada juga waktu dimana kita memperoleh stres berlebih.

Kondisi inilah yang lebih sering kita rasakan. Bos mungkin juga senang melihat anak buahnya pusing dengan pekerjaan - berarti beneran kerjanya kalo stres - pikirnya.

Ada banyak penyebab stres berlebih. Solusinya pun beragam, tergantung dari penyebab dan kondisi setiap orang.

Ketika kita overstres karena pekerjaan yang menumpuk misalnya, salah satu solusinya adalah dengan membuat timeschedule pekerjaan. Breakdown setiap proyek yang kita kerjakan sedetail mungkin. Tentukan juga target waktunya.

Timeschedule inilah yang perlu kita sampaikan ke atasan kita, agar dia memahami target kerja kita dengan lebih realistis.

Kesimpulan

Demikianlah, agar kompetensi kita meningkat dan produktivitas kita optimal, kita membutuhkan kadar stres yang sesuai.

Kurang stres tidak baik, begitu juga dengan terlalu stres. Tugas kita adalah menjaga agar tingkat stres yang dibutuhkan cukup, sesuai dengan pekerjaan/aktivitas yang akan kita lakukan.

Jangan lupakan istirahat dan olahraga yang cukup agar kesehatan fisik dan mental kita tetap terjaga.

---

Referensi:

AIHR Report HR Trends 2023
https://hbr.org/2016/04/are-you-too-stressed-to-be-productive-or-not-stressed-enough
https://www.who.int/news-room/questions-and-answers/item/stress
https://www.fastcompany.com/90553980/bored-or-overloaded-this-is-the-amount-of-stress-you-need-to-get-things-done

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun