Mohon tunggu...
Mario b o j a n o Sogen
Mario b o j a n o Sogen Mohon Tunggu... Penulis - Pengagum Senja | Penulis | Content Writer Nongkrong.co

Aku ingin menjadi seperti kunang-kunang. Dalam gelap aku terang. Dalam gelap aku bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepenggal Kisah di Kereta Pagi

3 Juli 2021   12:18 Diperbarui: 3 Juli 2021   12:22 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mulai memberanikan diri bertanya padanya dan tak mau lagi memikirkan kota itu dan seluruh kenangan pahitnya.

"Aku pun hanya berlibur, sekarang mau kembali ke Jakarta."

Kami lalu diam. Sejenak aku mencoba melupakan kenangan pahit tentang kota ini dan ingin terlihat lebih akrab dengan Nissa.

Nissa berulang-ulang kali memberikan senyuman manisnya ketika memandang ke arahku.
 
"Katakan, dari mana asalmu ?" Nissa bertanya lagi. 

Aku menatapnya sebelum menjawab. Dalam hati aku berpikir, apakah ia  juga akan sama seperti orang lain yang dengan percaya diri akan mengatakan bahwa Flores itu ada di Papua ketika aku menjawab asalku dari Flores ?

"Aku dari Flores. Flores itu ada di NTT. NTT itu kepanjangannya Nusa Tenggara Timur, tapi aku lebih suka menyebutnya Nusa Toleransi Terindah," aku menjawab secara lengkap sebelum ia akan bertanya lagi Flores itu ada dimana.

Nissa tampak diam saja. Sepertinya ia tak seperti orang lain di luar sana yang masih mengira bahwa Flores itu ada di Papua. Mungkin saja Nissa adalah seseorang yang punya pendidikan tinggi.

"Dulu aku punya banyak teman kuliah dari Flores. Mereka semua baik, ramah, sopan dan menghargai orang lain. Aku sangat bersyukur memiliki teman seperti mereka. Dari mereka aku banyak belajar tentang Flores."

"Oh ya ? Puji Tuhan jika kamu sudah tahu banyak tentang Flores."

Aku sedikit lega. Setidaknya perempuan berjilbab yang duduk di sampingku ini tidak seperti anak-anak muda kebanyakan di luar sana.

"Sampai sekarang kami masih sering bertemu karena banyak yang masih bekerja dan menetap di Jakarta. Dari mereka juga lah aku belajar menghargai sesama yang berbeda keyakinan."

"Seperti itulah kami di sana. Kami hidup berdampingan, rukun dan tidak saling mencela satu sama lain."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun