Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pengalaman Terpapar Covid-19, Episode 5, Terakhir

18 Agustus 2021   10:01 Diperbarui: 17 Agustus 2023   08:46 980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan kemudian ditambah lagi satu kekeliruan besar dilakukan yang membuat malam semakin runyam. Merasa kegerahan dan lemas, membuka kulkas meraih dan menghabiskan satu jeruk Mandarin dingin, badan terasa segar. Namun akibatnya.

Fatal jadinya. Jeruk dingin itu langsung memberikan akibat nyata. Batuk batuk berat dan berkesinambungan menyerang. Terpingkal pingkal, gatal menusuk tenggorokan.

Bergegas minum air putih hangat. Namun jeruk dingin, akumulasi capai berjalan, mengingat perkataan dokter Husen, kabar tentang anak yang meriang telah terlanjur memberikan serangan fisik dan psikis. Malam itu saya berada di titik nadir mental. Terpuruk.

Semua jadi tidak pas dan tidak enak. Berbaring, duduk, menyandar tak kuasa menghentikan batuk berkepanjangan dan rasa cemas yang menghantui.

Mencoba nonton TV, gambar baur tidak menarik. Berpindah mendengarkan lagu lagu favorit dari blue tooth speaker pun tak menolong. Badan berbolak balik, resah dan kesakitan.

Berfikir, apakah ini saatnya oksigen calling? Namun Oxymeter masih menunjukan angka 96 dan nafas pun tidak sesek. Hanya batuk, meriang, badan seperti dipukuli serta rasa gelisah yang membuat tubuh tak berdaya, terlolosi.

Saya menangis malam itu. Setelah sekian lama tak menitikan air mata karena kasihan pada diri sendiri. Malam itu saya merasa kasihan pada diri sendiri. Meneteskan air mata. Merasa betapa kenikmatan Panca indra itu telah menghilang. Tercerabut karena penumpang gelap covid 19. Merasa terpuruk, terperosok dalam dunia asing. Yang tersisa adalah kesakitan dan keresahan mengoyak badan. Gelap.....

Mencoba tenang mengendalikan diri. Kembali minum air hangat, menarik nafas, mengendapkan rasa gelisah. Mencoba mengingat dan membanding bandingkan cerita dari teman teman yang juga terpapar.

Ternyata saya masih beruntung, menderita lebih ringan dibanding seorang teman yang juga terpapar. Teman itu bergerak sedikit saja sakit. Pusing, mual, badan seperti digebukin, tidur susah. Kalaupun bisa tidur dibayangi mimpi buruk. Lalu pada akhirnya untuk bisa sembuh, teman itu harus di suplai dan diinjek dengan obat obatan khusus yang harganya sangat mahal.

Lalu membandingkan lagi dengan teman yang lain lagi. Saya ternyata juga lebih beruntung. Mental tidak down parah dan putus asa seperti teman itu. Yang merasa seolah telah sampai waktunya, putus asa.

Dalam titik terendah harapan menanggung gempuran covid, malam malam teman itu melakukan video call bersama. Menelpun isteri dan anak anaknya. Teman itu menyatakan merasa sudah sampai saatnya. Dan ingin malam itu membagi warisan yang cukup banyak. Isteri dan anak anaknya serempak menolak gagasan itu. Karena kalau ide itu diterima mungkin sang bapak akan merasa tugas telah selesai. Tidak perlu berjuang lagi. Dan kemauan untuk hidup sirna. Bisa menyebabkan daya tahan menurun dan cepat lewat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun