Ini gara gara teman golf di Ciawi yang suka menginfo buku buku baru yang sedang trending dan kontroversial.
Mestinya tidak usah mikir buku itu lagi, karena tantangan pribadi yang nyata dan di depan mata saat ini adalah terpapar Covid. Bagaimana berobat di tempat sepi di luar kota Purwakarta ini dan segera sembuh.
Menaikkan sarung, saya berusaha segera istirahat tidur.
     **********
Malam larut, terbangun. Badan berkeringat dingin, terasa capai.
Bangun malam yang terngiang pertama kali adalah perkataan dokter Husen sore tadi. Bapak sudah senior, komorbid jantung, tidak boleh banyak jalan, saturasi level rendah bisa lemas, gemetar, linglung.
Ah apakah perkataan itu yang mempengaruhi psikis dan berimbas ke fisik hingga bangun malam merasa tidak enak. Atau karena tersebab memang penjelajahan berjalan kaki pagi tadi terlalu lama. Menguras tenaga dan membikin badan malam ini terasa lain, meriang.
Meraih HP dari nakas. Membacai celotehan di WAG dan japri untuk menghibur diri. Berusaha mengalihkan rasa badan tidak enak.
Tiba tiba terbaca japrian yang belum lama diterima. Mengabarkan kalau anak yang tinggal serumah dan kemarin sibuk mengantar bapak ibunya yang sakit ikut meriang, demam, batuk batuk dan susah makan.
Oh... Apakah anak saya juga terpapar? Langsung kepala berpikiran seperti itu. Pertanyaan dan asumsi silih berganti membuat badan semakin merasa tidak nyaman. Bagaimana dengan kondisi driver dan asisten rumah tangga? Pertanyaan itu semakin meresahkan - meskipun nantinya diketahui, setelah beberapa hari kemudian di swab ternyata negatif.
Namun berita itu dan membayangkan apa yang bakal terjadi membuka titik lemah. Saya merasa down malam itu.
