Minggu sore dokter Abdullah tak juga berkunjung atau memberitahu. Baru senin siang dokter muda itu melakukan visit. Bapak boleh pulang dan recovery di rumah. Akhirnya kabar yang ditunggu tunggu itu disampaikan.
Sejuk seperti terguyur embun pagi. Takzim saya menyampaikan rasa terima kasih tulus.
Sebenarnya siang itu saya bisa langsung telepon driver untuk menjemput dan pulang. Namun saya urungkan.
Entah kenapa saya ingin menikmati suasana malam terakhir disini. Ditemani sepi, mendengarkan orkestra hewan dan desau angin malam. Serta celotehan keras berirama sang Tokek yang tak pernah saya lihat wujudnya. Malam terakhir itu berlalu nyaman dan mengesankan.
Besoknya sebelum pulang, mbak Dian ahli gizi mewanti wanti. Agar saya selama 5 sampai 7 hari ini benar benar istirahat. Recovery, bed rest tidak boleh kecapean.
Makan juga harus dijaga. Hindari makan minum dingin dan berminyak. Juga hindari dulu makanan yang mengandung gula dan garam. Tentu daging merah seperti daging sapi, kambing perlu dikurangi kalau bisa ucapkan sayonara kepadanya.
Semua buah boleh dikonsumsi kecuali buah Duren, Nangka dan Cempedak. Dan masih beberapa lagi mbak Dian berpesan.
Kini saatnya pulang. Sebenarnya sudah beberapa hari terakhir ini saya searching, merencanakan pesta pembebasan. Mencari warung yang menjual kuliner khas Purwakarta.
Sate Maranggi dan Ayam Ciganea itulah kuliner terpopuler wilayah Purwakarta.
Menuruti pesan mbak Dian, sebelum ke Jakarta saya mampir ke warung ayam Ciganea. Tidak ke sate maranggi berbahan kambing si daging merah. Ayam adalah daging putih yang tidak termasuk pantangan.
Barangkali saya seperti anak kecil yang lama tidak mendapat permen. Masih agak pagi menyantap lahap, semangat penuh antusiasme potongan potongan ayam Ciganea yang dikukus dan nikmat itu. Mengunyah cepat cepat seolah dunia akan segera kiamat.
Akhirnya Alhamdulillah siang ini saya kembali pulang. Memasuki gerbang kluster perumahan yang rapi asri dan indah ini hati merasa lega dan terbebaskan. Segera saya japri lapor kepada bu Niken, ketua dewan pengurus paguyuban.
