Tanpa sadar, banyak anak muda merasa harus bisa “berhasil” secepat itu juga. Harus punya penghasilan besar di usia 22, rumah di usia 25, dan hidup yang terlihat “mapan” sebelum kepala tiga.
Algoritma media sosial bekerja dengan memperkuat hal-hal yang mencolok keberhasilan luar biasa, gaya hidup mewah, pencapaian-pencapaian besar.
Tapi jarang ada yang menampilkan proses jatuh bangun, kegagalan, atau tahun-tahun penuh ketidakpastian yang dialami sebelum sampai titik itu.
Akibatnya, banyak orang merasa gagal hanya karena hidup mereka tidak secepat dan segemerlap yang mereka lihat di layar.
Tekanan Ekonomi dan Ketidakpastian Masa Depan
Harga kebutuhan pokok naik, biaya hidup membengkak, dan peluang kerja tak selalu sepadan dengan kualifikasi.
Banyak anak muda yang sudah kuliah dengan susah payah, lulus dengan gelar yang baik, namun tetap kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai baik dari sisi minat, gaji, maupun jenjang karier.
Fenomena overqualified namun underpaid menjadi kenyataan pahit yang dihadapi banyak fresh graduate.
Ada juga yang justru harus bekerja di bidang yang sama sekali tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya, semata-mata demi bertahan hidup.
Di sisi lain, untuk bisa sekadar "survive" di kota besar, mereka harus mengambil pekerjaan sampingan atau freelance tambahan yang menguras waktu dan energi.
Tidak heran jika banyak dari mereka merasa lelah bahkan sebelum sempat benar-benar memulai hidupnya.