Mohon tunggu...
Muhammad Ammar Faishal Dzaky
Muhammad Ammar Faishal Dzaky Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Saya merupakan mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Hukum Keluarga Islam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Berteman dengan Harapan

9 Februari 2024   14:39 Diperbarui: 9 Februari 2024   14:47 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                 Bukanya takut Ayu malah maju dengan lagak menantang sambil membelakangiku."aku pacaran sama dia, kenapa? cemburu?"aku terkejut dengan jawaban Ayu. Apa maksudnya?.

                Aisyah mulai menangis, wajahnya sudah terlihat marah juga."dasar hewan, kambing lebih baik daripada kamu Faiz". itu adalah umpatan pertama Aisyah untukku, aku terdiam."kau memang bukan orang yg pantas hidup di dunia ini, suatu saat nanti kamu akan benar benar di adzab aku jamin, kalau kau masih seperti ini, tak mau berubah"dia terdiam sebentar.

                "Aku tau". Suaranya berganti lirih"aku tau kalau kamu marah dengan takdir, menyalahkannya hanya karena dia mengambil orang yang kita sayangi, kau marah dan akhirnya jadi begini, kau laki laki tapi lebih lembek dari pada sebuah kotoran, kalah denganku, walaupun perempuan aku tetap tegar menghadapi takdir itu. Kukira kau hanya perlu didiamkan agar bisa menerima ini semua nantinya".

                "Tapi ternyata kau benar benar bejat, kau menghancurkan harapan harapan ummi disurga, kau mengecewakannya". Aisyah terdiam sambil menghapus air matanya nampaknya dia tidak peduli dengan sekitar yang melihat kita. Sementara aku juga diam mencerna kalimatnya. Aku mengaku memang sejak ummi meninggal aku berubah, menjadi sedikit sensitif, termasuk kepada keluargaku sendiri bahkan kepada adikku Hasan yg tak tau apa apa, aku marah dengan cara ini, melanggar aturan agama walaupun aku takut.

                "Pikir kalimatku bodoh, setidaknya kau masih punya otak untuk berpikir". Aisyah langsung pergi berlari meninggalkanku bahkan Sarah pun juga ditinggalkannya, dan ketika sarah mencoba menahan Aisyah dia malah mendorong Sarah sampai hampir terjatuh.

                Tanpa pikir panjang lagi aku berusaha untuk mengejar Aisyah, tapi tanganku ditahan oleh Ayu. Langsung ku kebaskan lalu berkata"aku minta maaf tapi aku harus mengejar Aisyah"dia hendak protes, tapi tak kupedulikan. Aku mencoba membantu Sarah berdiri tapi dia menolak dan setelah berdiri sendiri kita mengejar Aisyah sebelum dia berlari lebih jauh lagi.

                 Namun sepertinya kita terlambat, hingga diluar mall aku tak menemukannya. Kemudian Sarah bertanya padaku kemana Aisyah kira kira kujawab gelengan lemah pertanda aku tak tau. Tanpa sengaja aku melihat sebuah keramaian yg tak jauh dari tempatku. Mereka seperti tengah melihat korban kecelakaan, tiba tiba aku merasa takut, sarah pun begitu sepertinya, dia menghampiri gerumbulan itu aku menyusul dibelakangnya.

                Ketika sampai, ternyata ketakutanku menjadi kenyataan korban itu adalah Aisyah. Rasanya seperti dejavu, kejadian lama itu terulang lagi. Ya kejadian ketika Ummi tertabrak mobil.

                "Aisyah"aku langsung menyerobot gerumbulan itu dan mendekati Aisyah."tolong bapak bapak, ibu ibu, tolong panggilkan ambulans."teriakku ke semua orang, tetapi mereka hanya menatapku iba tapi tak melakukan apa apa"apa kalian bodoh tidak melihat ini, hanya menonton seakan tak peduli"teriakku memaki ke semua orang, sambil memangku kepala Aisyah yg sudah berlumuran darah dia juga sudah tak sadarkan diri.

                Tidak lama, seorang bapak bapak mendekatiku."kalau menunggu ambulans tidak akan sempat dik, lebih baik langsung kita bawa saja kerumah sakit dengan mobilku". Aku mengangguk berterima kasih.

                Tak sampai 5 menit dia telah kembali dengan mobilnya."ayo cepat naikan ke mobil". Aku langsung mengendong Aisyah dibantu beberapa orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun