Pertanian bukan hanya tentang mengolah tanah, tetapi juga mengolah hati dan jiwa-- Masanobu Fukuoka.Â
Bukan hanya kata-kata .. sosok Masanobu Fukuoka memang sangat menginspirasi bagi insan pertanian. Mengingatkan kita agar bertani tak sekedar memenuhi kebutuhan. Seperti seniman yang melakukan aktivitas seninya, dengan sepenuh hati  dan jiwa.
Ribuan kilometer dari Jepang, harapan untuk pertanian yang maju, berkelanjutan, dan mensejahterakan juga menyeruak di tengah isu ancaman kelangkaan pangan dunia. Sumenep yang menjadi bagian kecil dari upaya pemerintah mencapai swasembada pangan nasional, berharap besar kepada seniman petani. Iya, Seniman Petani. Sebuah sebutan yang mungkin terasa asing  dan mengundang tanya ya..
Seniman Petani  dan Kesejahteraan
Petani  sesungguhnya ada bermacam-macam. Petani KTP, ada.. ya hanya di KTP nya saja tertulis pekerjaannya Petani tapi sama sekali tidak melakukan aktivitas di bidang pertanian. Kalau pun ada aktivitasnya, ya sedikit sekali. Ada petani pedati. Petani yang bergerak hanya demi bantuan dari pemerintah. Lalu..petani sejati..nah ini..Mau apa pun aktivitasnya tetap berada dalam lingkup pertanian. Tidak hanya berpikir keuntungan semata.
Petani yang bekerja sepenuh hati dan jiwanya untuk kelangsungan pertanian bukan hanya sekarang, tapi jauh ke depan. Seniman Petani sangat tepat disematkan pada petani di Sumenep dengan karakter seperti ini. Pertanian yang berkelanjutan bukan sekedar wacana bagi Seniman Petani.
Seperti yang disampaikan Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo saat bertemu petani di Desa Parsanga kecamatan Kota Sumenep, Rabu pagi  6 Agustus2025. Bukan kunjungan biasa, Bupati berkesempatan melihat langsung upaya petani meningkatkan produktivitas tanaman padinya untuk mendukung tercapainya swasembada pangan.
Bupati sendiri memberi perhatian khusus terhadap dinamika pertanian di Sumenep, terutama petaninya. Ia sangat mengapresiasi petani Sumenep yang terus berinovasi tanpa menunggu uluran bantuan pemerintah. Petani yang bekerja layaknya seniman.