Aku bukan hujan yang kau tunggu, Â
Hanya aksara yang jatuh perlahan. Â
Di antara jeda dan rindu semu, Â
Kupintal makna dari keheningan.
Kata-kata bukan sekadar suara, Â
Ia menari di ruang tak bernama. Â
Membawa luka, tawa, dan rahasia, Â
Menjelma puisi di ujung senja.
Tak perlu panggung atau sorotan, Â
Cukup satu layar dan keberanian. Â
Di sana aku menulis perlawanan, Â
Dengan tinta dari kenyataan.
Jika puisiku tak kau pahami, Â
Mungkin kau belum lelah mencari. Â
Sebab makna tak selalu terang, Â
Kadang ia sembunyi di bayang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI