Mohon tunggu...
Mia Ismed
Mia Ismed Mohon Tunggu... Guru - berproses menjadi apa saja

penyuka kopi susu yang hoby otak atik naskah drama. pernah nangkring di universitas negeri yogyakarta angkatan 2000. berprofesi sebagai kuli di PT. macul endonesa bagian dapor

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tanah Tembuni

1 Oktober 2019   09:15 Diperbarui: 1 Oktober 2019   10:08 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Guntoro dan Bayu aji saling memandang. Ada  rencana lain yang dipikirkan. Suara azan ashar terdengar sayup-sayup. Emak bergegas mengambil air wudu di padasan yang terLetak tak jauh dari pintu depan rumah. Ndaru mengikutinya dari belakang)

 

 babak 3

Terlihat Guntoro berkemas. Tak lama kemudian suara motor dinyalakan Bayu aji di depan pekarangan. Seperti Emak yang dulu, setia memasak makanan keluarga kesukaan anak-anaknya.

Emak                     :"Sarapan dulu Le, sudah Emak Masakan tempe bacem, sayur gori sama sambal terasi kesukaan kalian."

Guntoro               :"Ndak usah Mak, kami buru-buru. Lebih baik Mak  pikirkan tawaran kami untuk segera menjual tanah pekarangan ini. Dalam minggu-minggu ini, kami tunggu kepastian dari Emak. Kami pamit dulu Emak."  


Hati Emak hancur. Dipandanginya punggung bocah Lelaki berperawakan seperti bapaknya itu, kepalanya sudah mulai tumbuh uban. Deru mesin dan bau knalpot Masih menyeruap direlung hidung Emak. Seperti bau pekat bedak bayi yang tiba-tiba hilang berganti racun. 

Emak                     :"Empat puluh tahun lalu kalian sangat manis. Kini wajah kalian sangat menakutkan. Hingga orang yang melahirkan kalian saja tidak lagi dikenali. Zaman telah menghasutnya dengan keserakahan."

Ndaru                   :"Kok sepi, dimana mereka Mak. Mas Gun, Mas Bayu?" (Ndaru datang dari arah pintu dapur. Dengan tangan basah. Setelah membersihkan kandang ternak. Dipandanginya sekililing rumah. Ndaru tertegun melihat mata Emak berembun yang diam-diam jatuh)

                                "Ada apa Mak."

Emak                     :"Kang Masmu sudah pulang, Le. Ndak papa. Ayo kita sarapan dulu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun