Mohon tunggu...
Mia Ismed
Mia Ismed Mohon Tunggu... Guru - berproses menjadi apa saja

penyuka kopi susu yang hoby otak atik naskah drama. pernah nangkring di universitas negeri yogyakarta angkatan 2000. berprofesi sebagai kuli di PT. macul endonesa bagian dapor

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tanah Tembuni

1 Oktober 2019   09:15 Diperbarui: 1 Oktober 2019   10:08 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ndaru                   :"Sebentar, maksud Pakde, Mbak Mega sudah memberikan kabar dan kirim uang ke Indonesia?"

Pakde Parto          : (mengangguk) "Lha kepiye to, ya sudah dua kali. Masmu yang datang kesini mengambilnya.  Lha katanya disuruh ibumu. Masmu bilang ibumu sakit-sakitan dan kamu juga sibuk ngurusi genduk Wulan. Uang itu diambil untuk biaya ibumu berobat. Begitu katanya. Lha apa ndak sampai?" (pakde parto merasa kebingungan dengan pertanyaan Ndaru)

Ndaru                   :"Mas Gatot?, maksud Pakde."

Pakde Parto        :"Ya siapa lagi, lha diakan suaminya Mega, wajar to mengambilkan uang istrinya."

Ndaru                   :"Wah ndak beres sudah ini. (Ndaru berbisik tanpa sadar pakde parto mendengar kegusarannya) 

Pakde parto        :"Ada apa to sebenarnya, Nak Ndaru? Kok sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan."


Ndaru                   :"Jadi begini Pakde, Mas Gatot dan Mbak Mega secara agama sudah sah bercerai dua tahun lalu sebelum Mbak Mega kerja ke luar negeri. Karena alas an itulah Mbak Mega nekat membawa diri memperjuangkan nasib untuk anak semata wayangnya. Mas Gatot pergi dengan... (Ndaru tak kuasa melanjutkan ceritanya)  Ah sudahlah Pakde, terlalu pahit untuk diceritakan. Ndak pantes."

Pakde Parto        :"Lo..lo..lo..., sebentar jadi uang itu ndak sampai ke ibumu. lahaulawalakuwwatailabillah, paringono kuat, paringono sabar. Jebule seperti itu ceritane, Nak Ndaru. Wes...wes ndak bener, lelaki itu." (Pakde manarik nafas Panjang, jiwa kebapakaannya timbul ingin mengayomi semuanya. Istri pakde parto keluar membawakan the hangat dan sepiring pisang goreng)

"Ayo Nak Ndaru, sambal diminum tehnya. Sekarang begini saja, Nak Ndaru. Ini nomer Mega kamu simpan. Pesan Mega tempo hari kepada  genduk Retno untuk tidak memberikan nomor ini pada siapapun. Tapi, karena kondisinya seperti ini, kamu simpan saja nomer ini. Dan pesan Pakde, kita semua menjagalah perasaan Mega. Jangan kamu kasih tau perihal uang yang sudah diambil Gatot itu. Iklaskan saja. Semoga rejeki Mega dan anaknya bertambah barokah dan langgeng. Insyaallah gusti pangeran memberikan lebih banyak dari yang sudah-sudah."

Istri pakde           :"Duh gusti pangeran, kok ya ada menusia seperti itu ya Pakne. Kasian Nak Mega mengadu nasib jauh dari anak jauh dari orang tua bertahun-tahun, malah uangnya diambil oleh mantan suaminya sendiri."

Ndaru                   :"Enjih, Pakde." (muka Ndaru terlihat pasrah, terbayang wajah wulan dan Emak yang berharap banyak dengan kedatangannya menanti kabar baik)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun