Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berpengalaman di dunia perbankan sejak tahun 1990. Mendalami change management dan cultural transformation. Menjadi konsultan di beberapa perusahaan. Siap membantu dan mendampingi penyusunan Rancang Bangun Master Program Transformasi Corporate Culture dan mendampingi pelaksanaan internalisasi shared values dan implementasi culture.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

"Performance Culture" Menyambut "Next Normal Era"

10 Agustus 2021   07:31 Diperbarui: 10 Agustus 2021   07:46 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komponen Utama Performance Culture (File by Merza Gamal)

Culture adalah seperangkat perilaku, ritual, simbol, dan pengalaman unik yang secara kolektif menggambarkan "bagaimana kita menjalankan sesuatu". Di antara perusahaan yang paling sukses, culture membentuk tulang punggung kesehatan organisasi dan bahan bakar kinerja yang berkelanjutan dari waktu ke waktu. 

Perusahaan dengan culture yang kuat mencapai total pengembalian hingga tiga kali lebih tinggi kepada pemegang saham daripada perusahaan yang tidak memiliki Corporate Culture yang kuat dan tercemin dalam Performance Culture.

Komponen Utama Performance Culture (File by Merza Gamal)
Komponen Utama Performance Culture (File by Merza Gamal)
Tanda-tanda Performance Culture yang kuat terlihat pada para pemimpin yang secara konsisten menjalankan perilaku yang diinginkan perusahaan (role model), praktik kerja yang menonjol dan terasa segar bagi orang luar (Corporate Image), dan pendekatan inovatif untuk momen-momen penting --- mulai dari masa orientasi insan perusahaan (new employee induction program) hingga bagaimana rapat dijalankan (meeting behaviors).

Para pemimpin perusahaan yang berharap untuk menciptakan Performance Culture yang kuat perlu memulai dengan "memasak resep rahasia" organisasi mereka sendiri dengan bahan utama berupa perilaku spesifik (Core Behavior) yang sesuai dengan Shared Values yang telah ditetapkan bersama Visi-Misi perusahaan dan dapat diamati serta dipatuhi oleh insan perusahaan di semua tingkatan perusahaan sehingga terimplemtasi sebagai Corporate Culture.

Behavior harus dijadikan bagian integral dari aktivitas bisnis inti dan tugas pekerjaan tertentu, terutama untuk momen-momen penting. 

Produsen global, misalnya, ingin pekerja di lantai pabrik memandang disiplin operasional sebagai pekerjaan semua orang. Untuk mempromosikan hal ini, perusahaan mendorong tim garis depan untuk berkumpul sebentar di awal setiap giliran kerja untuk meninjau "aturan emas keselamatan" perusahaan. 

Pada akhirnya, menciptakan intervensi yang disesuaikan untuk berbagai kelompok insan perusahaan berdasarkan peran, tujuan, dan bahkan pola pikir mereka masing-masing.

Corporate Culture bukan hanya ada dalam slogan yang dilukis di dinding atau dalam baris tanda tangan email yang menarik. Prinsip dan cara kerja yang ditentukan sangat penting untuk menciptakan organisasi yang kohesif dan tahan lama. Corporate Culture sangat sulit untuk ditiru dan pada akhirnya harus unik untuk setiap organisasi. 

Ketika para pemimpin memilih dan membangun Corporate Culture, mereka menciptakan siklus yang baik, menarik bakat yang tepat yang akan berkembang dalam budaya mereka, membuka kunci agenda nilai mereka, dan kinerja "turbocharge".

Untuk memicu semangat dalam membangun Performance Culture pada perusahaan, maka perlu dilakukan kunjungan atau belajar ke perusahaan lain yang senantiasa siap menghadapi masa depan (Agile Management Culture) dan Anda akan melihat bahwa kecepatan adalah keasyikan dan bias culture. 

Anda bahkan akan mendengarnya dalam "tata bahasa" perusahaan, dalam ekspresi seperti "meningkatkan kecepatan jam", "laju metabolisme", atau "bias tindakan". Meski krisis Covid-19 telah menjadikan kecepatan sebagai prioritas bagi banyak organisasi, hal itu juga memperkuat betapa sulitnya memanfaatkan kecepatan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun