Mohon tunggu...
Lilin
Lilin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perempuan

Perempuan penyuka sepi ini mulai senang membaca dan menulis semenjak pertama kali mengenal A,I,u,e,o

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Yang Tertinggal di Jam Dinding Tua

8 April 2022   21:00 Diperbarui: 8 April 2022   21:02 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ah iya ada. Besok aku bawa ya," teriakku segera meninggalkan Arin setelah beberapa kali kudengar bel pertanda pelajaran segera dimulai.

***

Tak ada kenangan dan keinginan-keinginan untuk tinggal di Tokyo lagi, semua rasa itu hilang semenjak kukenal Arin. Musik telah menjadikan kami dekat. Setiap jam istirahat atau setelah pulang sekolah kami selalu main gitar berdua. Di ruang kesenian, di bawah pohon beringin belakang sekolah, tak jarang di Aula tepat di depan; jam kuno berukuran sebesar lemari berdiri.

"Kamu tahu Pasha, kenapa orang membuat jam selain daripada untuk mengingat akan waktu?" Tanyannya kepadaku suatu siang setelah kita berdua memainkan lagu fur elise.

"Agar kita tidak telat sekolah, makan, tidur, mungkin," jawabku sekenanya, karena aku sesungguhnya tidak tahu kenapa orang membuat jam selain daripada sebagai penunjuk waktu.

"Aahh, selain itu." Wajah Arin tiba-tiba tampak murung.

"Ihh gitu aja ngambek," bisikku lirih. "Aku ngak tahu, beneran."

Arin berjalan, mengarah ke jam tua besar di sudut dalam Aula. Tepat lurus dari kursi panjang tempat biasa kita bermain gitar. Tangan kanan gadis itu mengusap lembut kaca pembingkai angka-angka di jam itu.

"Jam dibuat dengan angka-angka sebagai kenangan, agar kita tidak saling melupakan."

"Ahh ...."

Aku menengok ke samping, kulihat matanya dalam-dalam. Seperti ada slide-slide film yang diputar perlahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun