Mohon tunggu...
Rama Dio Syahputra
Rama Dio Syahputra Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pelajar Indonesia di Perancis.

Saya senang memaknai dunia manusia yang hanya sementara ini. Di antara kebebasan dan keinginan, saya menghakimi makna itu dengan ditemani diri saya sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pergi untuk kembali 2

23 April 2020   04:03 Diperbarui: 23 April 2020   23:01 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di sini semua bermula dan berakhir Picture By : Rama Dio Syahputra

"Jika Tuhan yang kamu maksud adalah sang pencipta yang tidak memiliki kelemahan, aku pikir tidak," dia melirik ke arahku. "dulu aku pernah mengalami sebuah kejadian buruk bersama mendiang istriku. Di salah satu gunung di Nepal, kami berdua sudah yakin bahwa kami akan mati karena terjebak oleh longsoran salju. Namun, dia terus meyakinkanku bahwa kami berdua pasti bisa bertahan. Kemudian, dengan keyakinan terhadap diri sendiri dan juga Clara, pada akhirnya kami pun berhasil selamat."

"Oh, jadi yang sebenarnya kuat itu memang istrimu, ya? Beruntung sekali orang lemah sepertimu memilikinya." Gurau Alice.

"Ya, kalau itu aku akan mengakuinya. Dia memang benar-benar tangguh sekali sebagai seorang manusia."

"Lantas, Tuhan seperti apa yang kamu percaya?"

Aku tidak menjawabnya. Begitu hening suasana di ladang itu. Benar-benar tidak ada siapa-siapa selain kami berdua. Tidak disangka aku menikmati percakapan bersama seorang anak kecil. Dia membuatku lupa bahwa hari semakin lama semakin gelap. Sinar mentari tertutup pelan secara perlahan, tentunya aku sudah tahu bahwa awan mendung mulai berdatangan. Namun, kami masih saja lanjut menjadi pelipur lara untuk satu sama lain.

Di antara ladang hijau dimana kisah cintaku bermula, datanglah seorang anak kecil yang mengetahui segalanya. Tidak ada keraguan yang terdengar dari ucapannya, begitu juga tidak ada kebohongan yang ingin didengar olehnya. Alice, siapakah kau sebenarnya?

Sambil berbaring di atas tanah dengan banyak bunga di genggaman tangannya, Alice berkata. "Radhi, aku itu sudah menjelajahi seluruh ruang dan waktu di alam semesta ini. Berbagai bentuk kehidupan telah kudatangi, mereka semua sama, tidak ada yang memiliki keabadian."

Aku memikirkan perkataanya yang cukup khayal itu. "Apa maksudmu menjelajahi waktu?"

Dia tertawa lagi. "Lebih baik kamu tidak tahu banyak tentangku, Dhi. Kepalamu bisa meledak nantinya."

"Terserah kamu saja, Alice." Pungkasku.

Suasana di bukit itu sepi sekali, terkadang ada ocehan burung gagak yang terdengar menggema, rumput-rumput bergoyang pelan karena hembusan angin. Langit mendung yang ditunggu pun akhirnya datang, abu-abu gelap, dan mulai membunuh sinaran mentari secara perlahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun