Ketika mendengar kata politik, sebagian orang langsung terbayang perebutan kursi, debat panas di televisi, atau janji manis menjelang pemilu. Bagi banyak orang, politik identik dengan kepentingan praktis, uang, bahkan intrik. Tak heran, muncul ungkapan “politik itu kotor.”
Namun, jika kita menengok pada ajaran Islam, politik memiliki makna yang jauh lebih mulia. Politik dalam Islam bukan sekadar permainan kepentingan, tetapi cara mengatur urusan umat agar sesuai dengan nilai-nilai yang diridai Allah. Di sinilah letak perbedaan antara politik praktis ala dunia modern dan politik Islam yang berangkat dari akidah.
Politik Praktis: Realitas Sehari-Hari
Di Indonesia, politik praktis terasa begitu dekat. Ia hadir dalam bentuk kampanye, baliho di pinggir jalan, hingga janji pembangunan yang bertebaran menjelang pemilu. Politik praktis umumnya berfokus pada perebutan kekuasaan.
Tujuannya jelas: siapa yang menang, dia berhak menentukan arah kebijakan. Tidak jarang, kepentingan rakyat tersisih oleh kepentingan partai atau kelompok tertentu. Itulah sebabnya banyak masyarakat yang apatis, merasa politik hanya untuk segelintir orang, bukan untuk semua.
Politik Islam: Pengaturan Umat
Sebaliknya, Islam memandang politik sebagai ri‘ayah syu’un al-ummah—pengaturan urusan umat. Artinya, politik adalah amanah untuk memastikan kebutuhan masyarakat terpenuhi, keadilan ditegakkan, dan nilai kebaikan menyebar.
Nabi Muhammad ﷺ menjadi teladan dalam hal ini. Beliau tidak hanya seorang pemimpin spiritual, tetapi juga kepala negara yang mengatur urusan sosial, ekonomi, hingga diplomasi. Semua dilakukan bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk kemaslahatan umat.
Dalam Islam, pemimpin digambarkan sebagai penggembala yang bertanggung jawab atas gembalaannya. Rasulullah ﷺ bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari-Muslim).
Mana yang Lebih Mulia?
Kalau kita bandingkan, politik praktis sering kali berpusat pada kepentingan pribadi atau kelompok, sementara politik Islam berorientasi pada kepentingan umat. Karena itu, politik Islam jelas lebih mulia, sebab ia menjadikan kekuasaan sebagai sarana ibadah, bukan tujuan.
Namun, bukan berarti politik praktis sama sekali buruk. Dalam realitas modern, politik praktis bisa menjadi jembatan untuk memperjuangkan nilai-nilai kebaikan. Yang jadi persoalan adalah ketika politik hanya dipandang sebagai transaksi, bukan amanah.
Umat dan Tantangan Kekinian
Umat Islam hari ini menghadapi tantangan besar. Di satu sisi, mereka hidup di era demokrasi modern dengan segala dinamikanya. Di sisi lain, mereka diajarkan nilai-nilai politik Islam yang mulia. Bagaimana menjembatani keduanya?
Jawabannya terletak pada kesadaran umat. Selama masyarakat memandang politik hanya sebagai “perebutan kursi,” maka politik praktis akan terus didominasi kepentingan sempit. Tapi jika masyarakat melihat politik sebagai jalan ibadah dan pengabdian, maka akan lahir pemimpin-pemimpin yang amanah.
Peluang Generasi Baru
Harapan itu kini mulai tampak pada generasi muda. Banyak anak muda Muslim yang aktif di organisasi, komunitas sosial, bahkan media digital. Mereka membicarakan isu lingkungan, pendidikan, hingga keadilan sosial dengan sudut pandang Islami.
Mereka adalah bukti bahwa politik Islam tidak hanya bisa dipelajari di buku, tetapi juga dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Dari hal kecil, seperti mengelola kegiatan masjid, hingga hal besar, seperti advokasi kebijakan publik.
Penutup
Jadi, politik Islam vs politik praktis bukanlah pertarungan hitam putih. Keduanya bisa berjalan berdampingan, asalkan orientasinya jelas. Politik praktis tanpa nilai akan kehilangan arah, sementara politik Islam tanpa keterlibatan nyata hanya akan tinggal wacana.
Mana yang lebih mulia? Tentu politik Islam, karena ia berangkat dari niat ibadah. Tapi politik praktis pun bisa mulia, jika dijalankan dengan amanah, kejujuran, dan niat melayani umat.
Pada akhirnya, kita yang menentukan wajah politik bangsa ini. Apakah akan terus terjebak dalam politik praktis yang sempit, atau naik kelas menuju politik Islam yang penuh kemuliaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI