Saya tidak mau memarahi dia karena dulu saya yang bilang "bebas saja". Jadi saya coba cara lebih halus.
Berikut tips praktis suntuk orang tua milenial yang mau membantu anak generasi Alfa menulis lebih rapi tapi tetap kreatif:
1. Bedakan Konteks: Bebas vs. Baku
Jelaskan pada anak bahwa menulis untuk diri sendiri boleh kreatif semaunya, huruf besar-kecil campur pun tak apa. Tapi kalau untuk sekolah atau orang lain, harus lebih rapi supaya mudah dipahami. Contohkan: "Kita bisa gambar bebas di rumah, tapi kalau lomba ada aturannya."
2. Tunjukkan Contoh Nyata
Saat membaca buku cerita bersama, tunjukkan huruf besar di awal kalimat, tanda titik di akhir. Anak belajar banyak dari contoh visual. Jangan cuma bilang "rapikan!" tapi ajak ia melihat bagaimana penulis profesional melakukannya.
3. Koreksi Perlahan dan Konsisten
Hindari membetulkan semua kesalahan sekaligus. Fokus pada satu hal dulu---misalnya huruf kapital di awal. Puji kalau dia berhasil. Kalau langsung mengoreksi semua, anak bisa frustrasi.
4. Jadikan Menulis Aktivitas Menyenangkan
Gunakan cerita lucu, dialog, atau komik. Biarkan dia memilih topik. Anak lebih semangat menulis kalau topiknya sesuai minat.
5. Buat Kesepakatan, Bukan Aturan Keras
Diskusikan kenapa penting menulis dengan rapi. Jangan hanya bilang "karena guru mau begitu." Jelaskan manfaatnya: supaya orang lain paham, supaya bisa lulus ujian. Anak yang diajak diskusi biasanya lebih mau kompromi.
6. Hargai Tahap Belajar
Ingat, menulis rapi itu tahap lanjutan. Awalnya wajar kalau berantakan. Orang tua perlu sabar. Puji kemajuan sekecil apa pun.
7. Jadilah Teladan
Tulis rapi juga saat menulis catatan, pesan, atau label. Anak meniru apa yang dilihat.
Dengan pendekatan sabar dan menyenangkan, anak bisa belajar menulis sesuai aturan tanpa kehilangan kreativitasnya.
Saya bilang pada si kakak, "Menulis itu kayak bikin jembatan. Kalau jembatanmu kokoh, orang lain bisa lewat dan ngerti maksudmu. Kalau jembatannya berantakan, orang ragu, mau melintas atau tidak?"