Mohon tunggu...
Machon Joko
Machon Joko Mohon Tunggu... -

Tak ingin menyesal dan takkan putus asa selagi akal ini masih berfungsi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tanda Tanya

5 Januari 2016   19:18 Diperbarui: 5 Januari 2016   19:28 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"kukuuruyuuuk...!"

Aaacchhh...hahhh..., rasa kantukku belumlah hilang, teriakan ayam sudah mengajakku tuk hidup lagi.

Seperti hari yang sudah-sudah, ku awali rutinitas pagiku tanpa banyak kata, menimba air dari sumur, mengisi gentong dapur buat masak nenek, bak mandi pun harus terisi penuh tuk persediaan mandi nenek, aku dan tanteku yang tercantik.

 

Kesejukan fajar yang berselimut kabut menahan peluhku, kepulan asap mengambang di atas genting dapur tatkala kayu membakar tumpu dan aroma yang semerbak menggugah keinginan tuk melihat dan mencicipi..

"masak apa sih nek? Aromanya kok manggil-manggil aku suruh nyicipin?"

"opo toh Wan.. Wong yo mong sambel trasi iki lho karo tempe goreng, wes kono ndang mandi teros subuhan!, iki tak matengne disek sarapanne"

"njeh nek..."

" karo kae, bulekmu di gugah!, wong wadon kok yahmene durong tangi, ngono kok konpayu rabi!"

"biarin aja nek, mungkin bulek lagi mimpi indah, nanti malah akunya yang kena tendang lagi!"

Begitu singkat tetesan fajar membangunkan jiwa, perlahan sinar mentari pun menembus kabut yang membungkus dinginnya pagi. Ku buka pintu depan, ku lihat sosok yang muncul dari gumpalan kabut dan berjalan ke arahku.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun