Mohon tunggu...
Machon Joko
Machon Joko Mohon Tunggu... -

Tak ingin menyesal dan takkan putus asa selagi akal ini masih berfungsi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tanda Tanya

5 Januari 2016   19:18 Diperbarui: 5 Januari 2016   19:28 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Nenekku hanya menghela nafas tak menggubris ucapan anak perempuannya yang ke dua itu.

Di rumah ini aku hanya tinggal bersama mereka, nenekku dan tante Erna, sedangkan ibuku anak nenek yang pertama kini sedang merantau ke luar negri dan sudah dua tahun lebih menjadi TKW di negri Arab nan jauh sana.

Aku adalah anak tunggal dan menjadi yatim setelah ayahku meninggal sejak aku berumur dua tahun, tiga tahun berselang kakekku pun menyusul ayah karena sakit jantung yang sudah lama di deritanya.

 

Malam semakin larut, namun pejaman mataku ini tak juga mampu menidurkan penatku. Ku ambil tas sekolahku, ku keluarkan buku-buku pelajaran tadi siang, ku ganti dengan buku pelajaran sesuai jadwal untuk esok.

Ku baca lagi catatan yang di ajarkan siang tadi..

 

"apa ini..?"

Bisikku tatkala bayang Cika tersenyum dalam lembaran bacaanku.

Ku tiup pusat cahaya yang beraroma minyak tanah itu dan ku coba lagi tuk pejamkan mata menikmati hembusan angin malam yang masuk lewat celah-celah dinding anyaman bambu karya almarhum kakekku.

 

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun