Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pengelolaan Sistem Insentif Sederhana di UMKM: Menata Ulang Hubungan Kerja yang Lebih Adil

12 Juni 2025   08:10 Diperbarui: 12 Juni 2025   15:17 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengelolaan Sistem Insentif Sederhana di UMKM: Menata Ulang Hubungan Kerja yang Lebih Adil

Oleh: Julianda BM

UMKM atau Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah selama ini telah menjadi urat nadi ekonomi masyarakat, tidak hanya di kota-kota besar, tetapi juga di daerah-daerah seperti Aceh. Ia tumbuh dari semangat rakyat biasa, dari warung kopi pinggir jalan, toko kelontong, bengkel kecil, hingga usaha rumahan berbasis kepercayaan dan kedekatan sosial. 

Namun, di balik geliat dan perannya yang begitu besar terhadap serapan tenaga kerja, UMKM juga menyimpan banyak persoalan struktural yang selama ini sering terabaikan. Salah satunya adalah soal bagaimana memperlakukan pekerja secara adil, terutama dalam hal pemberian insentif atau penghargaan atas kerja keras mereka.

Selama ini, kita sering menyaksikan bahwa hubungan kerja di UMKM dibalut dengan nuansa kekeluargaan yang kuat. Pemilik usaha dan pekerja berinteraksi secara akrab, makan bersama, berbagi cerita, bahkan saling membantu di luar urusan pekerjaan. 

Tapi apakah keakraban ini cukup untuk menggantikan sistem kerja yang adil? Apakah pendekatan kekeluargaan bisa terus menjadi alasan untuk tidak memberikan hak yang semestinya kepada para pekerja? 

Di sinilah kita perlu mulai membedah ulang cara berpikir tentang hubungan kerja di sektor ini. Apalagi, semakin besar usaha kecil ini tumbuh, semakin besar pula tuntutan profesionalisme dan keadilan dalam pengelolaan sumber daya manusianya.

Banyak pemilik UMKM merasa bahwa mereka tidak memiliki cukup dana untuk memberikan gaji yang tinggi, apalagi insentif tambahan. Mereka berdalih bahwa usaha masih kecil, belum stabil, dan masih berjuang bertahan di tengah persaingan. 

Namun, yang sering luput dari perhatian adalah bahwa penghargaan atas kinerja tidak selalu harus dalam bentuk angka besar. Justru dalam skala kecil inilah, insentif sederhana bisa menjadi alat yang sangat efektif untuk menjaga semangat kerja, meningkatkan produktivitas, dan membangun loyalitas. Bukan perkara seberapa besar, tapi seberapa adil dan konsisten insentif itu diterapkan.

Banyak contoh di sekitar kita yang menunjukkan bagaimana UMKM bisa mulai menerapkan sistem penghargaan meskipun dengan cara yang sederhana. Seorang pemilik warung di Banda Aceh, misalnya, menerapkan sistem poin harian bagi para pegawainya. 

Setiap kehadiran penuh, pelayanan tanpa keluhan, dan kontribusi positif seperti menjaga kebersihan atau membantu promosi akan mendapatkan poin tertentu. Setelah terkumpul sejumlah poin, karyawan tersebut bisa mendapatkan bonus tunai atau hadiah kecil seperti voucher makan atau bingkisan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun