Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pengelolaan Sistem Insentif Sederhana di UMKM: Menata Ulang Hubungan Kerja yang Lebih Adil

12 Juni 2025   08:10 Diperbarui: 12 Juni 2025   15:17 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Praktik ini tidak memerlukan biaya besar, tetapi berhasil menciptakan semangat baru di antara para pekerja. Mereka merasa diperhatikan, merasa kerja keras mereka dihargai, dan itu pada akhirnya menciptakan hubungan kerja yang lebih sehat.

Bentuk insentif yang sederhana bisa bermacam-macam. Tidak selalu berupa uang tunai. Ada UMKM yang memberikan tambahan libur setelah karyawan bekerja penuh selama satu bulan. 

Ada juga yang memberikan sarapan gratis setiap hari bagi karyawan yang datang tepat waktu. Bahkan ada yang sekadar memberikan pengakuan publik, seperti menulis nama "Karyawan Teladan Bulan Ini" di papan informasi. 

Hal-hal seperti ini tampak kecil, tetapi sangat besar pengaruhnya bagi psikologis karyawan. Mereka merasa bahwa jerih payah mereka tidak dianggap biasa, dan itu cukup untuk menumbuhkan rasa bangga serta rasa memiliki terhadap usaha tempat mereka bekerja.

Dalam sistem kerja yang adil, insentif bukan semata bonus tambahan, tetapi bagian dari strategi membangun etos kerja. Tanpa sistem ini, UMKM berisiko terjebak dalam stagnasi kinerja. 

Pekerja bekerja seadanya, tanpa dorongan untuk memberi lebih. Apalagi, di tengah kompetisi yang makin ketat dan naiknya biaya hidup, menjaga semangat karyawan menjadi tantangan tersendiri. 

Banyak karyawan UMKM yang sebenarnya memiliki potensi besar, tetapi tidak berkembang karena merasa usaha tempat mereka bekerja tidak menghargai kontribusi secara proporsional.

Pengalaman pribadi dari banyak pelaku UMKM di daerah juga menunjukkan bahwa sistem insentif, bila dilakukan dengan komunikasi terbuka, justru mempererat hubungan antara pemilik dan pekerja. Para karyawan tidak lagi hanya bekerja karena butuh uang, tetapi karena mereka merasa menjadi bagian dari keberhasilan usaha itu sendiri. 

Sebaliknya, usaha yang tidak memberi ruang penghargaan atas kerja keras sering kali menghadapi masalah retensi tenaga kerja. Karyawan silih berganti keluar masuk, dan usaha kesulitan membangun tim yang solid. Ini tentu menjadi kerugian jangka panjang yang tak bisa diabaikan.

Tentu saja, dalam praktiknya, membangun sistem insentif tidak selalu mudah. Salah satu tantangan terbesar adalah keterbatasan dana. Namun di sinilah pentingnya kreativitas pelaku UMKM. 

Dengan merancang sistem berbasis capaian yang terukur dan menyusun skema insentif bertahap, pelaku usaha bisa menyesuaikan kemampuan finansialnya dengan sistem penghargaan yang tidak memberatkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun