Mohon tunggu...
Lestari Ayu Sumbodro
Lestari Ayu Sumbodro Mohon Tunggu... Institut Pariwisata Trisakti

Mahasiswa Institut Pariwisata Trisakti dengan minat pada pariwisata, budaya, dan pengembangan destinasi. Aktif menulis mengenai pengalaman wisata, tren industri pariwisata, serta isu-isu sosial yang berkaitan dengan hospitality.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Pariwisata Pasca-Pandemi: Bagaimana Destinasi Populer Berubah dan Beradaptasi untuk Sambut Wisatawan Baru

18 September 2025   23:47 Diperbarui: 19 September 2025   00:18 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halo Lokal. Sumber ilustrasi: PEXELS/Ahmad Syahrir

5. Paket wisata fleksibel & layanan adaptif

Layanan yang memungkinkan pembatalan atau penjadwalan ulang, adaptasi terhadap regulasi kesehatan, pilihan akomodasi yang menjaga jarak, serta pengalaman wisata yang bisa disesuaikan dengan preferensi pengguna (misalnya, private tour, time slots).

Contoh Nyata dari Indonesia

  • Yogyakarta: Studi menunjukkan wisatawan di Yogyakarta kini lebih memperhatikan aspek kebersihan, memilih destinasi alam dan terbuka, dan merencanakan perjalanan dengan jauh lebih teliti.
  • Kebijakan Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif: Menekankan konsep "pariwisata baru" (personalized, customised, localized, smaller in size), keamanan dan kesehatan menjadi kunci dalam atraksi, amenitas, dan aksesibilitas.
  • Kolaborasi dan pemberdayaan UMKM: Pemerintah mendorong komunitas lokal, pelaku UMKM, dan startup pariwisata sebagai bagian dari strategi ketangguhan agar pariwisata tak hanya mengandalkan pemain besar saja.

Tantangan yang Masih Harus Dihadapi

  • Adaptasi bukan tanpa hambatan. Beberapa tantangan besar yang dihadapi destinasi populer:
  • Ketidakpastian regulasi dan kesehatan global: Varian virus baru, kebijakan pembatasan perjalanan yang berubah-ubah membuat perencanaan jangka panjang sulit.
  • Keterbatasan infrastruktur dan sumber daya lokal: Banyak destinasi lokal yang fasilitasnya belum siap, misalnya sanitasi, transportasi, dan digitalisasi.
  • Biaya adaptasi: Standar kebersihan, digitalisasi, promosi memerlukan dana dan kapasitas yang tak semua pelaku usaha punya.
  • Perubahan ekspektasi wisatawan yang cepat: Wisatawan kini lebih kritis terhadap keamanan, pengalaman unik, dan nilai keberlanjutan; destinasi harus terus membarui diri agar tidak ketinggalan.

Peluang Besar ke Depan

Di balik perubahan dan tantangan, ada peluang yang bisa dimanfaatkan:

1. Wisata lokal / domestik sebagai tulang punggung pemulihan

Potensi besar untuk destinasi-desa, wisata alam, budaya lokal yang sebelumnya kurang diekspos.

2. Ekoturisme dan wisata berkelanjutan

Dengan kesadaran akan lingkungan meningkat, destinasi yang menggabungkan pelestarian alam dan budaya akan menjadi pilihan menarik.

3. Inovasi digital & experience yang terpersonalisasi

 Wisata virtual, augmented reality, storytelling lokal, pengalaman "off the beaten path" bisa jadi pembeda.

4. Kerja sama publik-swasta & lintas sektor

Kolaborasi dengan sektor kesehatan, transportasi, ekonomi kreatif, komunitas lokal, dan pemerintah daerah agar adaptasi lebih menyeluruh dan manfaat dirasakan banyak pihak.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun