Maka kutulis puisi singkat ini
"di pertigaan itu bus-bus berhenti
sopirnya mendengus karena matahari
tak juga teduh, membakar segala mimpi
untuk main hujan-hujanan
berbasah kuyup dengan sisa-sisa embun
Â
di pertigaan itu ada mata yang diam-diam menatap
tak peduli tentang cuaca atau jarum jam
yang mengusir mimpi jadi debu
memburu rindu dengan tiga ratus detik"
"Ih masnya romantis, namaku Nelly, dan kamu penyair, yuk mas jadian"
Aku yang bingung karena kebringasan dan mubazir kalo di tolak. Akhirnya aku menganggu tanda iya.
Dan dari sinilah kisah keromantisanku pada kekasihku yang setiap hari harus mengirimkan satu puisi untuknya.
Kediri, 8 September 2020
Karya: Abdul Azis
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI