Metta yang merasa cengkramannya mulai melonggar, langsung menendang tubuh Madam Koster dengan sekuat tenaga, hingga tubuh mereka berdua terjerembab ke lantai. Tanpa buang waktu lagi. Metta mengangkat tangannya dan berteriak lantang, merapalkan mantra yang sama sekali lagi, "Weg Met Alle Haat!"
Teriakan pilu terdengar dari mulut Madam Koster. Dalam sekejap, tubuhnya bergetar hebat, cahaya terang memancar dari tubuhnya yang perlahan seperti tersobek-sobek oleh sambaran kilat.Â
Pastor Boon yang masih terpaku menyaksikan pertempuran antara Metta dan Madam Koster terhenyak oleh teriakan Metta. "Romo, Ritus Ekspulsio!"
Tersadar, Pastor Boon segera menghambur kembali ke kamar Opa Rolland. Dengan sigap ia membuka alkitab di tangannya. "Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, aku perintahkan kepadamu, roh jahat. Keluarlah dari tubuh ini dan pergi dari sini..."
Opa Rolland, yang tadi memberontak, kini tampak tenang. Wajah yang penuh kesakitan berubah tenang, tubuhnya terkulai lemas, dan matanya perlahan tertutup, seakan menemukan kedamaian setelah penderitaan panjang.
Pastor Boon tertunduk lemas, berjalan kembali ke ruang tamu dan duduk di lantai. Ia menghela napas lega dan menatap Metta dan Novia yang sudah berdiri di sampingnya. "Apa yang terjadi, Metta?" tanya Pastor kemudian.
Metta menggeleng. "Yang aku bilang tadi, Iblis manipulatif," ujarnya dengan suara tegas.
"Perasukan berganda!"
"J-Jadi. Istri saya yang selama ini kerasukan?" tanya Meneer yang duduk di lantai memangku Madam Koster yang masih belum siuman.Â
Metta mengangguk. "Benar, jika tidak segera ditangani, Meneer sisa tunggu giliran," jawab Metta santai dengan suara merdunya.
"Yuk, kita cabut!" ujarnya kemudian mengajak Pastor Boon dan Novia Respati, sahabat karibnya untuk pergi meninggalkan rumah. Â