Kopi untuk kawan.
dari gerbang posko pemenangan ilegal pesan berperang diselundupkan.
lewat media-media sosial kebencian ditebar layaknya little boy yang mengakar psikis rakyat Hirosima.
Perlahan menyempitkan sifat keterbukaanmu pada ribuan sudut persepsi lain.
pesan kebencian itu telah melumat pucuk logikamu sampai tumpul.
sejenis pra-renaissance kegelapan berfikir terus dipaksakan.
kawan lama,
kau terlalu terhanyut faham beda pandangan artinya bertentangan.
sejenis sesak pikir kau utarakan sentimen melebihi argumen.
seolah nuranimu telah mati tapi bongkahan nisanmu sulit digempur.
kawan, dulu kita berbagi takaran kopi yang sama. bukan angkat senjata bacotan via kolom komentar.
kita berbagi tembakau asap dari pabrikan yang sama, sambil diskusi cinta hidup hingga fajar menghidupi kembali bumi pertiwi.
rasa-rasanya kuingin 17 april segera usai.
aku ingin adu mulut kaum pengais elektoral segera lekas purna.
aku ingin kawanan fanatik yang merayap dinding facebook segera kembali pada sarangnya.
aku rindu duduk semeja diserambi rumahku kawan.
akan kubuatkan secangkir kopi perindu dengan resep dan takaran yang sama.
berbagi rasa dan cerita sepulang kerja lagi.
sambil diskusi makna novel fotocopyan belakang Sri Wedari itu.
tanpa terusik narasi politisi peminta-minta dukungan politis
Belakang Sri Wedari, Surakarta
18 maret 2019