Aku mengambil gelang dari saku. "Kalau Nenek Dewi dan Raden Arjuno adalah jiwa yang sabar, mungkin kita... adalah bunga yang akhirnya mekar."Â Â
Dewi tersenyum. Di matanya, ada pertanyaan yang sama dengan yang kupendam: Apakah ini takdir, atau pilihan? Â
...
 Â
Di balik dinding losmen yang kami bongkar, ada kotak besi berisi surat dari Raden Arjuno:Â Â
> "Dewi,"Â Â
> Aku menulis ini di pelabuhan Surabaya. Ayahku mengancam akan membunuhmu jika aku kembali. Tapi aku janji, kita akan bertemu lagi. Simpan gelang ini. Jika aku tak kembali dalam tiga tahun, jual losmen itu dan hiduplah bahagia.Â
> Selamanya milikmu,Â
> Arjuno."Â Â
Surat itu tertanggal 15 April 1927--dua hari sebelum kapal Arjuno karam. Â
Dewi memegang surat itu sambil menatap laut. "Mereka sama-sama menanti, tapi tak pernah tahu bahwa cinta mereka saling menanti."Â Â