Tapi ada yang tidak beres. Surat Raden bertahun 1930, padahal kapal yang dikatakan karam adalah pada 1927--tahun yang terukir di gelang. Â
..Â
Â
Kami menggali arsip lebih dalam. Ternyata, Raden Arjuno selamat dari kapal karam. Dia kembali ke Nelayang pada 1930 dengan nama samaran "Joko", membeli losmen itu, dan menunggu Dewi--tanpa tahu bahwa Dewi sudah meninggal karena sakit tiga bulan sebelumnya. Â
"Jadi Pak Joko itu Raden Arjuno?" desis Dewi. Â
"Dan Nenekmu menunggu Raden yang tak pernah datang, sementara Raden menunggu di losmen yang sama, tanpa tahu Dewi sudah tiada," gumamku. Â
Angin malam berbisik. Aku melihat Dewi mengusap air mata. Di tangannya, gelang itu berkilau lembut. Â
...
 Â
Sejak itu, aku dan Dewi sering duduk di bawah pohon kantil tua di losmen. Perlahan, kami merenovasi bangunan itu. Satu malam, saat bulan purnama, Dewi bercerita :Â Â
"Kau tahu? Nenek saya punya kebiasaan menanam biji kantil setiap bulan purnama. Katanya, bunga ini hanya mekar untuk jiwa-jiwa yang sabar menunggu."Â Â