Jodoh dari Masa LaluÂ
 Â
...
 Â
(Dikara)
Udara pagi di kampung Nelayang selalu berbau asin. Aku duduk di teras bengkel kayu tua milikku, menatap laut lepas yang bergerak perlahan. Tanganku memegang sebuah gelang perak usang yang baru saja kubawa pulang dari pasar loak. Gelang itu tidak istimewa--kecuali ukiran halus berbentuk bunga kantil di permukaannya, dan tulisan kecil di bagian dalam: "Untuk Dewi, 1927". Â
"Kau harus hati-hati merestorasinya," Pinta Nek Lintang tadi pagi saat menyerahkan gelang itu. "Ini peninggalan keluarga pemilik losmen di ujung dermaga. Mereka bilang, gelang ini harus kembali ke pemiliknya."Â Â
Aku mengernyit. Losmen tua itu sudah sepuluh tahun terbengkalai. Pemilik terakhirnya, seorang duda bernama Pak Joko, meninggal tanpa ahli waris. Tapi kenapa gelang ini harus "kembali ke pemiliknya"? Aku menggosok permukaan perak yang kusam, mencoba membayangkan siapa Dewi di tahun 1927. Â
...
Esoknya, aku menyusuri jalan setapak menuju perpustakaan desa. Ibu Sari, sang pustakawan, mengangkat alis saat kusebut nama "Dewi". Â
"Dewi? Ada surat-surat lama di gudang yang mungkin terkait. Coba lihat."Â Â