Mohon tunggu...
khaishyadmutiarani
khaishyadmutiarani Mohon Tunggu... Mahasiswa Statistika Universitas Bina Bangsa

Mahasiswa Statistika yang gemar menulis dan menganalisis cerita dari berbagai sudut pandang. Tergabung dalam Lembaga Pers Mahasiswa, aktif mengeksplorasi dunia literasi, data, dan realitas sosial. Menyukai sastra, anime, serta diskusi mendalam tentang kehidupan. Menulis bukan sekadar hobi, tapi cara untuk memahami dunia dan membagikan perspektif baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Tapi Bukan Untuk Rakyat

24 Maret 2025   16:35 Diperbarui: 2 April 2025   14:03 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Bagus…” katanya akhirnya, tapi suara itu lebih mirip perpisahan daripada restu.

Aku tahu ia takut. Bagaimana aku akan bertahan di negeri asing tanpa uang? Siapa yang akan mengirimi aku makanan? Siapa yang akan mengurusnya jika aku pergi?Aku tidak bisa menjawab. Karena aku sendiri pun tidak yakin.

Tapi aku tetap pergi. Karena jika aku tetap tinggal, aku akan mati di sini bukan secara fisik, tapi perlahan, seperti ibu yang hidup tapi tidak benar-benar hidup.

Arcapada.

Aku pikir tempat ini adalah surga, harapan, atau mungkin awal kebebasanku.

Aku salah.

Begitu aku tiba, aku menyadari satu hal, ini bukan sekolah, ini pabrik. Kami yang disebut penerima Karunia Ilahi hanya budak yang dijinakkan dengan pengetahuan. Kami belajar, bekerja, dan tunduk tanpa pertanyaan.

Para bangsawan memantau kami dari atas menara gading, memilih yang paling cerdas, paling kuat, paling patuh. Bukan untuk diberi kesempatan, tapi untuk dijadikan alat.

Mereka tidak mendidik kami agar bebas. Mereka menciptakan generasi baru yang akan tetap melanggengkan kekuasaan mereka.

Aku melihatnya sendiri. Temanku, anak seorang petani, dihukum karena berani bertanya kenapa hanya bangsawan yang boleh memimpin. Seorang gadis cerdas dari distrik utara tiba-tiba “menghilang” setelah terlalu banyak berbicara soal keadilan.

Di sini, ada dua jenis orang, mereka yang berkuasa, dan mereka yang diperalat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun