Mohon tunggu...
kaorie dies miyanaganih
kaorie dies miyanaganih Mohon Tunggu... freelancer

Saya adalah seorang penulis pemula yang percaya bahwa kata-kata bisa menjadi alat perubahan. Saat ini saya tengah mempersiapkan diri sebagai calon mahasiswa Fakultas Hukum, dengan semangat untuk memahami dan memperjuangkan keadilan, terutama bagi mereka yang kurang bersuara. Melalui tulisan-tulisan saya, saya ingin mengangkat isu-isu sosial, berbagi pemikiran kritis, dan menginspirasi anak muda untuk lebih peduli terhadap realita di sekitarnya. Menulis bagi saya bukan hanya hobi, tetapi juga bentuk tanggung jawab sosial. Saya percaya bahwa menjadi produktif berarti terus belajar, berbagi, dan bergerak untuk perubahan yang lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

untuk anakku yang tak pernah kupeluk saat menangis

29 Mei 2025   21:54 Diperbarui: 29 Mei 2025   21:54 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Nak...
Ada luka yang tak bisa sembuh hanya dengan waktu,
karena waktu itu sendiri adalah bagian dari lukanya.
Aku ingin kau tahu, betapa aku menyesal
karena dalam 3-4 tahun itu, aku bukan ibu yang bisa memelukmu saat kau menangis.
Aku bukan pelukan hangat yang kau butuhkan, bukan suara tenang yang bisa menenangkan malam-malammu.
Aku kehilangan masa kecilmu.
Aku kehilangan momen saat kau belajar bicara, saat kau ingin bermain, saat kau butuh seseorang yang berkata:
"Nggak apa-apa, sayang. Mama di sini."
Tapi, Nak... bukan karena aku tidak ingin.
Melainkan karena aku tak berdaya.
Dunia saat itu begitu kejam padaku.
Aku ditinggalkan, diabaikan, dan dihancurkan bukan olehmu, tapi oleh orang-orang yang seharusnya menjagaku juga.
Dan karena aku terlalu sibuk bertahan hidup, aku kehilangan kesempatan untuk hadir dalam hidupmu.
Maaf, Nak.
Tapi hari ini, izinkan aku mencoba memulainya kembali.
Mungkin kau tak akan langsung percaya. Mungkin lukamu belum sembuh. Tapi aku akan tetap ada  meski terlambat.
Aku akan belajar mencintaimu dalam bentuk yang nyata:
Dalam pelukan, dalam kata maaf, dalam doa yang tak pernah selesai.
Karena aku ingin, suatu hari nanti...
ketika kau menoleh ke belakang, kau tahu bahwa ibumu pernah salah  tapi tak pernah berhenti mencintaimu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun