Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Luka yang Melukai Tak Henti

25 Agustus 2019   18:43 Diperbarui: 25 Agustus 2019   18:46 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tiang-tiang penyangga hati ku letakan sekerat luka, menguarkan aroma derita tiap kali angin menjenguknya. Berulang kali, bahkan sesekali tak pernah henti, hingga aku tersungkur di kelelahan nurani yang pedih

Ku bungkus setiap luka dengan daun setia, ku usap mesra ketika air mata hampir tertumpah, mengejang kaku bekukan kesadaran yang tertinggal, alirkan berjuta penderitaan yang tiada tertahan

Ku sumpal mulutku dengan sobekan sapu tangan merah muda, tanda ikatan cinta yang pernah meraja menguasai jiwa. Tiada lagi erangan kesakitan yang memenjarakan angan, suara raungan yang terhenti di ujung tenggorokan

Luka yang kembali melukai, datang dan pergi ketika hatiku tersakiti, ada dan tiada tatkala anganku membumbung tinggi. Tak mampu ku hentikan barang sekedipan mata, kembali menghujamkan ketika aku tepesona, tinggalkan derita tatkala hatiku mulai terbiasa

Bagan batu 25 agustus 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun