Pada tiang-tiang penyangga hati ku letakan sekerat luka, menguarkan aroma derita tiap kali angin menjenguknya. Berulang kali, bahkan sesekali tak pernah henti, hingga aku tersungkur di kelelahan nurani yang pedih
Ku bungkus setiap luka dengan daun setia, ku usap mesra ketika air mata hampir tertumpah, mengejang kaku bekukan kesadaran yang tertinggal, alirkan berjuta penderitaan yang tiada tertahan
Ku sumpal mulutku dengan sobekan sapu tangan merah muda, tanda ikatan cinta yang pernah meraja menguasai jiwa. Tiada lagi erangan kesakitan yang memenjarakan angan, suara raungan yang terhenti di ujung tenggorokan
Luka yang kembali melukai, datang dan pergi ketika hatiku tersakiti, ada dan tiada tatkala anganku membumbung tinggi. Tak mampu ku hentikan barang sekedipan mata, kembali menghujamkan ketika aku tepesona, tinggalkan derita tatkala hatiku mulai terbiasa
Bagan batu 25 agustus 2019