Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pertarungan di Laut Timor, Pinisi Versus Pemburu Ikan Paus

29 Januari 2025   11:10 Diperbarui: 29 Januari 2025   11:10 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pinisi sumber: Sumber Foto: Direktorat warisan & Diplomasi Budaya/ https://www.rri.co.id/lain-lain/996396/tentang-sejarah-kapal-pinisi 

Surabaya, 20...

Publik  gempar ketika  saya Andi Farah Jehan alias Akademia Fera mengundurkan diri setahun setelah kontes itu berakhir dari blantika musik Indonesia.   Saya memutuskan masuk angkatan laut ketika karir menyanyi menapak naik sekalipun tidak juara pertama yang diraih sahabat terbaik aku Mitra Alam Semesta.

Baca:  Asrama Karantina 

Bertahun-tahun berlalu, Mitra masih memendam rindu kepada saudara kembarnya Kasih Lestari Bumi yang meninggal  karena tembakan pemburu ikan paus dari sebuah kapal asing yang aku hapal benar namanya North Power. Mereka mengejar kapal pemburu ikan paus illegal North Warrior, yang namanya saja mengesalkan.  Mengaku pelaut ulung seperti bangsa Viking menaklukan lautan dunia.

Saya masih ingat tangisan Mitra ketika mendengar kabar kematian saudara kembarnya. Untungnya tidak mempengarhi karirnya menyanyi karena manajemennya mengawal ketat. 

Baca: Nyanyian Ikan Paus untuk Kasih  

Tetapi yang membuat saya marah ialah kapal itu pencuri ikan yang paling kurang ajar dan paling dicari patroli Angkatan Laut Indonesia karena sudah membunuh warga  negara Indonesia di lautan sendiri dan lolos begitu saja tanpa sekali pun kepergok patroli kami.  Selain membunuh Kasih dan Lily Thuram sahabatnya, awak kapal itu membunuh seorang polisi laut dua tahun yang silam. 

Ikan paus yang diburunya entah berapa, ada sepuluh ekor bangkai yang sudah terkoyak di Pantai Timor dan entah berapa ton ikan yang dicuri dari lautan kita.

North Power buronan banyak negara terutama dari Asia Tenggara, dia punya peralatan canggih yang bisa tak terdeteksi radar dan punya jaringan kuat.

Lima tahun itu saya rajin mencari semua informasi tentang awak kapal yang menyelinap seperti hantu itu. Yang saya hapal dua, yaitu Anders The Red entah siapa nama aslinya, tetapi dia tergila-gila pada legenda pelaut Viking Eric The Red.  Dia pembunuh ikan paus yang paling dibenci para aktivis lingkungan.

Namun yang diduga membunuh Kasih dan Lily  adalah desersi marinir Inggris bernama Douglas Hansen yang lari dari kesatuannya ketika hendak ditangkap karena kerap melakukan kekerasan dan membunuh seorang polisi militer. 

North Power dibiayai suatu sindikat yang bersembunyi di salah satu pulau di Pasifik.  Namun mereka punya jaringan global di Hongkong, Amerika Serikat dan Eropa tanpa bisa dibuktikan.

"Jadi kamu menawarkan diri memburu North Power hanya dengan kawalan enam serdadu memakai kapal pinisi?  Lawan kamu itu punya mesin canggih dengan meriam mungkin juga rudal dan tidak pernah terdeteksi radar?"  Kolonel Bombi Dirgantoro menatap saya dengan tajam tetapi dengan penuh kekaguman.  

"Siap Komandan. Pinisi yang digunakan punya ayah saya dan pelaut yang mendukung pegawai ayah saya," jawab saya.

"Bisa jadi mereka tak terlacak karena yang memburunya kapal patrol yang bisa mereka deteksi dan selalu bertemu mereka adalah kapal nelayan. Ayah kamu mengizinkan."

"Dulu saya menyanyi juga tidak diizinkan, jadi anggota angkatan laut tidak diizinkan, tetapi jalan terus dan nggak apa-apa. Lima hari yang lalu saya bilang pinjam kapal untuk tugas negara, nggak usah pakai surat resmi institusi. Ayah diam saja seperti biasa. Dia hanya bilang.  "Tumben minta izin!"

Bomby Dirgantoro tergelak. "Baiklah, kami kasih kamu tugas rahasia. Ada orang lain lagi kamu bawa?"

"Vincent Thuram, adik dari Lily Thuram, ahli ikan paus dari Prancis ingin ikut membantu melacak North Warrior. Dia memberikan informasi lima hari lagi tepat kematian saudara kembar sahabat saya Kasih dan adiknya pada saat migrasi ikan paus."

"Ini kemauan dia, ya?  Orang asing jangan sampai kalau dia tewas, jadi perkara diplomatik. Tetapi jangan hanya motivasi pribadi ya karena yang mati saudara kembar sahabat baikmu, tetapi juga demi kehormatan bangsa."

"Siap Dan!"

                                                                                                       ***

Laut Timor, 20....

Pelaut  Viking mengklaim bahwa mereka menemukan benua Amerika sebelum Columbus. Kalau itu benar kemungkinan para pelaut viking mendarat di New Foundland, Kanada masuk akal.

Bukankah nenek moyang Indonesia juga berlayar hingga ke Madagaskar? Bagi saya mencari North Power terutama si pemburu paus itu dan marinir desertir Inggris, bangsa yang mengklaim unggul di laut itu menjadi pembuktian adu ketangguan di laut.  Saya tidak mempermasalahkan siapa yang lebih tangguh, tetapi mereka menantang bangsaku.

Saya sampai membawa rekaman dari Kasih untuk Mitra suara ikan paus, spesies ajaib yang mampu berkomunikasi seperti sonar di dalam air. 

"Jadi Anda berharap agar ikan paus menggiring pinisi ini menemukan North Power," ucap Vincent dalam bahasa Indonesia yang cukup bagus. Dia memperlihatkan peralatan sonar untuk melacak ikan paus.

Sersan Mayor David Matulessy  juga memperhatikan hal itu. Bintara yang sudah berpengalaman di daerah laut terluar Indonesia ini ditugaskan untuk mengawalku.   Dia mampu berenang dari pulau ke pulau di daerah Timur Indonesia.  Fisiknya luar biasa.

Dia juga mengagumi kecerdasanku, Letnan Satu Laut  Andi Farah Jehan yang memahami lautan secara ilmu. Jadi kelebihan kami bisa bersinergi.

"Saya percaya komandan, alam sebetulnya bisa dimanfaatkan untuk navigasi pelayaran," ucap David.

Ini hari kelima  kami di sekitar Laut Timor, tepat lima tahun lalu penembakan terhadap Kapal Blue Whale.  Masih pagi.   Berdasaran literatur kami dapat ikan paus yang melintas di kawasan ini ialah ikan paus biru.  Mereka melintasi perairan Indonesia untuk mencari makan.  Namun ada juga jenis lain, seperti Ikan Paus Sperma.

"Yang diburu oleh North Power bukan jenis itu, kemungkinan ikan paus pembunuh Orca," kata Vincent.

"Kalau orang Lamalera di Pulau Lembata tidak mau memburu Ikan Paus Biru, karena ada aturan dari kearifan lokal," sela David.

"Orca adalah spesies yang tangguh panjangnya bisa lebih dari sepuluh meter dan kecepatan berenangnya lebih dari lima puluh kilometer," ungkap Vincent. "Orca memang jenis favorit para pemburu ikan paus."

"Orca, bukankah jenis yang banyak di laut Kutub utara?" tanya saya ingin tahu.

"Ya, tetapi mereka juga ke selatan untuk suhu hangat dan makan," jawab Vincent.

Bapak Hamid Amin, juru masak kami tiba-tiba memanggil. Rupanya dia sudah menyiapkan ikan bakar untuk sarapan kami yang memang keroncongan karena kemarin malam hujan deras turun, kami hanya makan roti.

Bergantian tentunya.  David, bersama seorang sedadu dan tiga awak berjaga di geladak mengendalikan kapal, sementara kami makan.

Sekitar setengah jam kemudian kami kembali ke Geladak,  David dan yang jaga ganti turun makan.  Saya tersenyum melihat sejumlah ikan paus berlompatan mungkin karena sonar suara yang dulu direkam Kasih atau memang pola alam.

"Kita ikuti mereka," kata saya pada Juru Mudi bernama Zulkifli. 

Pinisi kemudian mengikuti deretan ikan paus itu sampai sekitar tiga puluh menit, sampai Vincent mencolekku menunjuk sebuah kapal  yang mengejar kawanan ikan paus itu. North Power.

"Itu mereka!" teriak saya.

Teriakan saya didengar David yang bergegas ke geladak karena dia memang ditugaskan khusus melindungi saya.  Sebetulnya Komandan Bombi berlebihan.  Tetapi ia kenal sama ayah saya teman sekolahnya dan saya dianggap anaknya.

North Power tampak mengikuti migrasi berapa mil dari kami. Mereka memburu seekor Orca yang tersasar di antara ikan paus biru dari arah utara.

David dan para serdadu menyiapkan senapan.  Saya menuju pengeras suara di kapal. "Stop! This Indonesian Authority!"

North Power mendekati kami dan beberapa di antara mereka melepas tembakan, termasuk ke arah saya. Tetapi Yahya, seorang pelaut mendorongku dan dia terkena di bahu.  Para prajurit dan David membalas tembakan.  Tetapi kemudian kami disambut oleh tembakan meriam kecil.

Apa-apan, kapal pemburu diperlengkapi senjata militer? Tembakan mengenai laut berapa meter dari buritan.  Naluri saya jutru memperkeras suara ikan paus yang diberikan Kasih.

"Kamu meminta pertolongan ikan paus?" Vincent menoleh.

David kemudian mengambil peluncur roket dan menembak North Power kena di anjungan dan menimbulkan kerusakan di geladaknya.  Tampaknya awaknya marah dan menembak ke kami tetapi Zulkifli membawa penisi menghindar kena tipis di air.

North Power sadar apa mereka hadapi mencoba lari ke perbatasan internasional. Butuh satu jam lagi untuk bisa sampai.  Namun lima belas menit kemudian dari arah selatan kawanan Orca bermunculan dengan ukuran lebih besar.

Beberapa menyeruduk  kapal itu hingga oleng.  Pada saat itulah David menembakan roket dan kena di bagian kapal sebelah anjungan. Kapal itu terhenti dan seekor Orca melompat melewati anjungan dan menjatuhkan seorang di antaranya ternyata yang memegang panah harpun. 

Orca itu spesies pendendam, saya pernah membaca bukunya, Sang Jantan mengingat pembunuh betina dan sekaligus anak yang dikandung di rahimnya. Mungkin pemburu itu pernah membunuh keluarganya.

Mungkin dia Anders, rambutnya merah dan setangguh apa pun dia di laut tentu masih di bawah Orca.  Salah satu di antara mereka melempar pelaut itu dengan ekornya berapa meter dan membentur dinding kapalnya sendiri  hingga dia jatuh ke laut.

Awak kapal North Power panik. Namun ada dua penembak di situ.  Jarak kami cukup dekat saya melihatnya mungkin salah seorang di antara marinir desersi kesatuan Inggris itu.  Dia membidik senapannya ke arah saya .  Juga seorang lagi.

David bisa menembak jatuh yang seorang tapi yang seorang lagi punya berapa detik untuk menembak saya. Pada saat itu seekor Orca  melompat menerjangnya dari pinggir kapal dan jatuh ke laut.  Ketika dia di air, Orca itu melempar tubuhya dan disambut orca lain hingga dia jadi permainan oper-operan.

Seekor kemudian menyambarnya lewat mulut  dan melarikannya ke laut,  Sementara beberapa orca lain menyeruduk North Power hingga oleng  dan pada saat itu David menembakan roket lagi melumpuhkan kapal itu.

Awak kapal lain menyerah karena North Power mulai tenggelam. Sembilan awak semua orang asing.  Dari hasil interogasi Anders tewas terbentur dinding kapal dan seorang tentara sewaan tewas tertembak David, sementara Douglas Hansen hilang disambar ikan paus.

Ketika kami membawa ke sembilan awak yang ditangkap dan dua mayat, yaitu Anders dan tentara sewaan, para orca berlompatan di depan kami.

"Seolah mereka berkata lunas balas budi terhadap nyawa orca yang diselamatkan oleh Kasih," bisik Vincent.

Berita penyergapan North Power  tidak saja membuat Indonesia gempar, tetapi seluruh dunia. Pemerintah beberapa negara Eropa meminta maaf atas keterlibatan warga negaranya. 

Kolonel Bombi tercengang mendengar laporan saya dan David, ditolong ikan paus.  Nama saya melambung melebihi ketika tampil di kontes menyanyi akademia. Nama Angkatan Laut RI pun melambung.

Mitra terbang ke Surabaya khusus mengunjungi saya dan memeluk saya menangis.  "Terima kasih Fera!  Saya mimpi Kasih datang dari laut dan bilang dia sudah damai bersama para ikan paus dan mereka berterima kasih padamu!"

Saya membalas pelukannya dengan terharu.

                                                                                                      ****

Douglas merasakan kepalanya pusing karena dia baru saja dilempar ke pantai oleh beberapa Orca, Kaki kanannya terluka parah.  Dia heran mengapa orca itu tidak menelannya tetapi melepasnya ke pantai sebuah pulau sejauh puluhan mil.  Dia mencoba berdiri ke daratab  dan mengamati pulau yang gersang dan  penuh padang sabana.

Nalurinya mengatakan bahwa bahaya belum selesai. Dia mengambil sebatang kayu kering yang ada di pantai itu membantunya berdiri mencari pertolongan. Di kejauhan dia melihat beberapa orang berlari ke arahnya dan dia lega.  Namun ada suara keras menggeram dari arah lain dan cukup dekat dengan dia dari arah semak sabana.

Lima ekor komodo mencium bau darah dari kakinya dan dipastikan mereka bergerak lebih cepat dari para petugas suaka alam.  Saat itu Douglas mengetahui bahwa orca adalah hewan yang cerdas dan pendendam.  Cara balas dendam yang cerdas pula.

Dia menyesal sudah membunuh beberapa orca dan manusia yang melindunginya.  Namun yang paling utama dia baru pengetahui alam punya cara memberi pelajaran bagi manusia yang merusak lingkungan.  

Irvan Sjafari (bagian ketiga dari Asrama Karantina dan Nyanyian Ikan Paus untuk Kasih).

Sumber Foto:  Sumber Foto: Direktorat warisan & Diplomasi Budaya/ https://www.rri.co.id/lain-lain/996396/tentang-sejarah-kapal-pinisi 

  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun