Namun yang diduga membunuh Kasih dan Lily  adalah desersi marinir Inggris bernama Douglas Hansen yang lari dari kesatuannya ketika hendak ditangkap karena kerap melakukan kekerasan dan membunuh seorang polisi militer.Â
North Power dibiayai suatu sindikat yang bersembunyi di salah satu pulau di Pasifik. Â Namun mereka punya jaringan global di Hongkong, Amerika Serikat dan Eropa tanpa bisa dibuktikan.
"Jadi kamu menawarkan diri memburu North Power hanya dengan kawalan enam serdadu memakai kapal pinisi? Â Lawan kamu itu punya mesin canggih dengan meriam mungkin juga rudal dan tidak pernah terdeteksi radar?" Â Kolonel Bombi Dirgantoro menatap saya dengan tajam tetapi dengan penuh kekaguman. Â
"Siap Komandan. Pinisi yang digunakan punya ayah saya dan pelaut yang mendukung pegawai ayah saya," jawab saya.
"Bisa jadi mereka tak terlacak karena yang memburunya kapal patrol yang bisa mereka deteksi dan selalu bertemu mereka adalah kapal nelayan. Ayah kamu mengizinkan."
"Dulu saya menyanyi juga tidak diizinkan, jadi anggota angkatan laut tidak diizinkan, tetapi jalan terus dan nggak apa-apa. Lima hari yang lalu saya bilang pinjam kapal untuk tugas negara, nggak usah pakai surat resmi institusi. Ayah diam saja seperti biasa. Dia hanya bilang. Â "Tumben minta izin!"
Bomby Dirgantoro tergelak. "Baiklah, kami kasih kamu tugas rahasia. Ada orang lain lagi kamu bawa?"
"Vincent Thuram, adik dari Lily Thuram, ahli ikan paus dari Prancis ingin ikut membantu melacak North Warrior. Dia memberikan informasi lima hari lagi tepat kematian saudara kembar sahabat saya Kasih dan adiknya pada saat migrasi ikan paus."
"Ini kemauan dia, ya? Â Orang asing jangan sampai kalau dia tewas, jadi perkara diplomatik. Tetapi jangan hanya motivasi pribadi ya karena yang mati saudara kembar sahabat baikmu, tetapi juga demi kehormatan bangsa."
"Siap Dan!"
                                                    ***