Wanita itu tidak sempat menolak, dan laki-laki juga tidak kuasa memilih. Bagaimana mungkin wanita secantik Ratu Saba bisa menikah dengan Thanos? Mereka tidak mencari kenyamanan. Karena bagi pecinta sejati kenyamanan itu dibuat. Lalu kenapa mereka bisa menikah? Sayang? Nyaman? Kaya? Berpengetahuan? Atau hanya sekedar tidak enak hati untuk menolak? Oh, wanita - betapa tertindasnya dirimu....
Menjadi budak seks suami, pelayan keluarga, membantu mencari nafkah, mengurus anak - rumah- dan semesta. Tidak boleh keluar, dilarang berpendapat, dan dipaksa mati sebelum waktunya. Di kehidupan setelahnya, hanya lelaki yang dijanjikan bidadari. Wanita? Imajinasi.
GARUDA!
Anak-anak mengelilingku sebelum mati. Ada yang terisak, ada yang membaca beberapa ayat, ada pula yang berpandangan kosong.
"Aku sudah tidak bisa memilih"
Istriku mengambilkan beberapa buah koin di dalam laci. Memutarnya berkali-kali sembari menunggu malaikat mengambil nyawaku. Kematian adalah awal dari perjalanan baru.
"Koin-koin itu adalah simbol keinginan. Seluruh manusia merengek. Melakukan berbagai upaya. Sampai kejahatan dinilai kebijaksanaan. Mereka terisak saat kehilangan koin. Bahkan tega membunuh dirinya sendiri. Manusia dalam pusaran koin : kekayaan dan keberuntungan"
Aku sudah tidak bisa lagi bertaruh tentang sebuah kesuksesan dengan anakku. Melakukan spekulasi dini terhadap sebuah kekayaan. Saat mendekati ajal itulah semua akan diterangkan. Tentang pilihan yang tepat dan keliru. Istri yang nekat kawin lagi, anak durharka, serta harta yang lari terbirit-birit.
Sebaris malaikat akan membacakan beberapa dalil. Bahwa hidup hanyalah sebuah koin. Jika beruntung kamu akan setia, jika tidak hidupmu sia-sia. Memang, pilihan tersulit dalam hidup, adalah memilih untuk tidak memilih.
Klaten, 2019
Â