Bajingan,
Baajingannn,
Baaaaajiiiiingaaaan,
Banjingan? Ba-ji-ngan!
Aku kira tertarik, rupanya terdorong. Aku kira baik, ternyata berbohong. Oh, semenjak matahari mulai menyingsing. Burung-burung riuh berkicau di angkasa. Melukiskan warna-warni : pilihan.
Dia menirukan gaya seekor burung terbang lepas di angkasa. Menembus dinding-dinding cakrawala, menukik tajam menusuk hati setiap manusia. Menjadi anak-anak, merengek meminta uang.
"Pesawat, aku minta uang.... Pesawat, aku minta uang..... Ma, beli pelmen. Besok suruh bawa buku gambal pidol. Itu Yunus bajunya balu. Beliin paaaak!"
Sejak lahir manusia sudah bernafsu menjadi raja. Semua keinginannya musti dituruti. Sudah paham kenapa bayi terlahir manangis? Karena dengan tangisan, segala hal bisa didapatkan. Anak kecil minta sepatu, wanita menyandar bahu pasangannya, bahkan menjadi dewasa rela menangis klise untuk menarik empati semua orang. Marahlah seperti anak kecil dan tuluslah seperti orang tua.
Sesekali saya merenung.....
Setipis sutra, hitam dan buruk. Neraka dan surga. Cantik dan picik. Sampai kadang berusaha menyadari bahwa hidup memang penuh kamuflase.
"Nak, makanlah.... ibu sudah kenyang! Maaf ya nak, belum bisa membelikanmu ini itu. Nanti kalau bapak pulang. Kamu minta apa, pasti dibelikan."