"Jadi begini ma.... Nabi itu pernah menikah sembilan kali. Kemudian dalam kitab suci juga dijelaskan bahwa laki-laki punya hak nikah empat kali. Itu dari Tuhan lho ma..."
"Tidak. Pokoknya saya tidak sudi dimadu"
"Ma, kamu kan sering ikut pengajian. Bukankah surga bagi wanita itu tergantung rida dari suami? Menjadi istri yang menurut kepada imam. Itu istri calon penghuni surga ma..."
"Daripada melihat papa mesum dengan istri lain di rumah ini, mending aku sewa surga sendiri!"
Begitulah, sepertinya kaya, tapi miskin. Yang berjalan itu keinginan, waktu berhenti.
Setidakterhingganya uang yang kalian miliki, selama masih terus bernafsu memiliki sesuatu : berarti masih miskin. Jauh lebih miskin daripada pemulung yang selalu merasa cukup meski hanya makan nasi bungkus bertahun-tahun bersama istri dan kedua anaknya. Sejatinya, adanya orang miskin, karena uang adalah ukuran kekayaan.
Harta sudah, tahta sudah, wanita masih dalam proses! Godaan memang. Karena terlalu bernafsu mengejar mimpi, sampai lupa menjadi manusia.
Jangan bermimpi memiliki istri yang cantik jelita, jika ongkosmu masih ngutang ke tetangga. Sadar diri. Hidup memang pilihan, tapi juga harus waras bahwa pilihan orang lemah lebih sedikit daripada orang yang berduit dan tampan.
"Tapi cantik itu kan relatif?"
"Iya. Tapi jelek itu absolut - mutlak!"
SUARA JAM BERDETAK KENCANG!