Mohon tunggu...
Jalil Banteq
Jalil Banteq Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Merabu yang Tersisa di Borneo

3 Maret 2018   23:42 Diperbarui: 4 Maret 2018   09:54 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

                Waktu istrahat sudah cukup, kami bergerak dari rumah pak RT. Perlengkapan tidak terlalu banyak lagi seperti sebelumnya, cukup membawa hammock atau matras. Mulut goa atau samping goa bisa dijadikan alternatif untuk tidur "kata pak RT".

                Tidak lama perjalanan dari kampung. Kami berpapasan warga. Sedang membawa  hewan buruannya. Seperti sedang membawa tas besar. Keempat kakinya diikat, lalu badannya digendong dibelakang. Setiap pemburu diikuti oleh beberapa anjing untuk membantunya dalam perburuan. Aktivitas alami warga.

                Ditengah perjalanan, kami istrahat. Mulai kecapean. Dibawah pohon meranti merah yang cukup besar.  Pak RT mulai bercerita sedikit, seperti inilah kehidupan disini. Hampir semua bergantung dengan alam. Ketika alam dirusak kami tidak tahu lagi harus kemana. Warga aktivitasnya sehari-hari di hutan untuk berburu atau mencari keperluan yang lain.

                Kami melanjutkan lagi perjalanan! cerita nanti bisa disambung lagi. si Guntur dan Si Fauzi sudah bergerak duluan. Kata pak Rt cukup mengikuti jalan yang bersih tidak akan kesasar, makanya dia ngebet ke depan.

                Eh.....tib-tiba mereka kembali. Dengan napas yang terengah-engah. Muka ketakukan, seperti tidak ada darah di wajahnya. Mereka bilang sedang di kejar Orang Utan. Aku tidak percanya. Mungkin cuma niatnya mengerjai. Tidak lama, kami berjalan, benar. Kami sudah melihat orang utan sedang mengamuk diatas kami. Ranting pohon sekali pegang langsung patah. Dia melempar ke aram kami, untungya tersangkut dipohon yang lain. Kami mulai panik. Ini benar-benar mengamuk, dia sudah mulai turun dari atas pohon yang tinggi. Betinanya juga mengikuti untuk turun. Saya mencari korek api, katanya takut dengan api.

                Untungnya....pak RT. Sedang menenangkan dia. Menirukan suara dia. Entah itu apa maksudnya. Yang terpenting kami tidak sampai di serang. Orang utan ini sangat buas, bisa mengalahkan beberapa orang dewasa. Bahkan senjatapun kadang tidak mempan.

                Aku, pak RT, dan Edwin paling belakang. Yang lain sudah jauh di depan. Mungkin sudah mengambil langkah seribu. Hehehe....Aku sangat penasaran, pertama kali menemukan orang utan di alam yang bebas.

                Orang utannya kembali ke atas pohon, anaknya sedang menunggu di atas. Mungkin Guntur dan Fauzi sedang membuat mereka kaget. Makanya mereka mengamuk. Tidak boleh dibuat kaget atau semacamnya, jika kebetulan bertemu, biarkan saja. Pura-pura melihatnya saja. Karena fatal akibanya jika salah "nasihat pak Rt".

Goa Beloyot

                Kami melanjutkan perjalanan, mengikuti hilir sungai. Hari sudah mulai gelap. Langkah dipercepat. Berharap tiba di tujuan selanjutnya yaitu Goa Beloyot.

               Sudah tiba ditujuan... Merapikan barang-barang dan mengahamparkan terpal. Beberapa sibuk mencari spot hammock. Aku sedang menarik tali untuk menggantung pakaian dan barang-barang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun