Mohon tunggu...
Jalil Banteq
Jalil Banteq Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Merabu yang Tersisa di Borneo

3 Maret 2018   23:42 Diperbarui: 4 Maret 2018   09:54 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

                Sungguh luar biasa,. Pertama kali menemukan tempat semacam ini. Sebelumnya hanya melihat lewat gambar atau media elektronik. Ini bukti nyata bahwa negeri kita mempunyai nilai histori yang tinggi, khususnya budaya yang beragam. sangat penting untuk dipelajari, diteliti dan dilestariakan.

                Waktunya kembali! Selepas dari  Goa Beloyot langsung kami bergerak. Persiapan untuk ke kampung. Tiba-tiba pak RT menggingatkan. Sebenarnya  masih ada satu goa yang bisa didatangi. Arahnya tetap ke jalan pulang. Cukup  belok kanan lalu treking sekitar 15 menit dari pertigaan. Goa tersebut tidak sepopuler Goa Beloyot namun tidak ada salahnya berkunjung kesana.

                Namanya Goa Lungun. Didalam goa tersebut terdapat tengkorak manusia yang berusia ribuan tahun, diletakkan dalam peti. Dibuat dengan alat pertukangan sederhana. Ditata sedemikian rupa. Didalam peti tersebut, mayat dilapisi dengan daun biru atu wos (daun yang biasa juga digunakan untuk penutup kepala seraung).

                Pada peti mati mayat laki-laki ada pecahan keramik, beliung (semacam kapak), dan sejenis panci, serta tikar anyaman halus dari rotan. Pada peti mayat wanita ada seikat sapu lidi dan panci yang lebih kecil  dari yang ada di peti laki-laki. Kedua peti tersbut diletakkan  berlawanan arah. Jadi dalam celah goa tersebut tidak telalu besar karena sudah ditempati peti. Lalu disisinya juarng yang menganga dalam.

                Setelah dari goa, kami kembali kepertigaan. Untuk melanjutkan perjalanan ke kampung sekitar pukul 11 siang. Kali ini perjalanan lebih dinikamati. Tidak terlalu cepat juga tidak pelan. Seharusnya memang langkahnya seperti ini, "ucapku dalam hati".

                Pukul 01 siang sudah dikampung. Kami istrahat untuk menurunkan panas dan keringat. Di rumah pak Rt sedang ramai. Ibi-ibu sedang memisahkan padi dari batangnya. Ibu Rt keluar dari dalam rumah menyambut kami. Membawa kopi hitam dalam cerek besar. Dalam hati, ini yang dari tadi saya tunggu-tunggu. Saya seruput dulu setengah gelas. Kemudian menyimpan setengahnya.

                Selanjutnya menikmati Sungai Lesan. Menuju kesana tidak jauh dari rumah pak Rt. Hanya berjalan kaki. Tidak butuh waktu lama. Saya langsung turun ke air. Celana kargo panjang tidak saya lepas. Dari kemarin aku berniat mencucinya tidak kesampaian juga. Saatnya disini, untuk mandi dan cuci peralatan.

                Kami sangat gembira, tidak kalah heboh dari anak kecil yang sedang mandi  di sekitar kami. Sungainya lebar, air mengalir jerni nan deras. Betul-betul lepas rasanya.

                Setelah puas menikmati Sungai Lesan......Waktunya kembali ke rumah pak RT. Sore ini kami akan kembali ke sanngatta.  Semua barang sudah di packing dengan baik.. Berkesah sedikit dengan warga lalu pamit . Tak lupa meminta berphoto bersama. Sebagai kenangan-kenangan pernah datang kesini. 

                Kami berangkat dari kampung sekitar pukul 03. Siang. Ada perasaan sedih akan berpisah dengan pak RT, warga, dan Kampung Merabu. Disisi lain kami merasa bangga bisa disini. Menikmti alamnya dengan sempurna. 

Sudah saatnya.......! Aku mulai menarik gas. melambaikan tangan. Mendapatkan semangat yang luar biasa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun