Mohon tunggu...
Jalil Banteq
Jalil Banteq Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Merabu yang Tersisa di Borneo

3 Maret 2018   23:42 Diperbarui: 4 Maret 2018   09:54 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

                Musim apapun Nyadeng ini tidak pernah keruh. Apalagi airnya berkurang. Selalu sama, dari setiap musimnya. Ikannya juga sangat melimpah, cukup dilemparkan makanan ke atas air. Ikan berlomba menyambarnya. Betul-betul indah, seperti di negeri dongen saja. Menikmati pemandangan sekeliling yang luar biasa dan tetap lestari ini, kata Pak Rt kepada kami.

                Hari ini...gilaran saya bersama Edwin yang memasak. Iyah hanya kami berdua. Yang lain sedang sibuk memasang tenda dan cari tempat menggantung hammock. Bagiku perut lebih diutamakan. Sedari tadi sudah keroncongan.

                Sekarang kami sedang sibuk dengan tugas masing-masing. Sambil menunggu nasi matang. Kami rebus air. Untuk ngopi. Pikiran mulai kacau. Sudah hampir seharian tidak menyentuh kopi. Aku mengeluarkan gelas! Meracik kopi hitam seperti biasanya.

                Menikmati kopi hitam sementara tetap menunggu nasi matang. Ternyata beda, kopi di alam bebas lebih nikmat. Mungkin karena pikiran tidak terbebani lagi, sama seperti alam yang liar ini. Heheheh......

                Sudah pukul 08. 00.... kami siap untuk makan malam. Buat kami ini adalah menu spesial. Hasil dari kebun pak RT yang kami olah. Apapun menunya itu, tetaplah enak. Apalagi sudah keroncongan begini. Kami semua lahap. Tanpa mempedulikan mengabadikan moment.

               Makan malam usai...kami istrahat. Sambil berkesah ditempat masing-masing. Mereviewcerita perjalanan. Kami diigatkan untuk tidak terlalu larut untuk tidur. Nanti pukul 04 pagi berangakt ke puncak.

                Sebelum jam 04 mas  Ino, salah satu teman kami sudah bangun, kami semua diusilin. Sudah diminta bergerak cepat. Perintah! Membawa barang yang diperlukan. Senter. kompor, kopi, dan gelas. Biar bisa ngopi di puncak, katanya.

Puncak Ketepu

                Puncak ketepu adalah spot andalan. Disini bisa melihat bentangan alam karst Sangkuliran-Mangkaliat. Masih berdiri kokoh. Pemandangan sungguh luar biasa.

                Perjalan tidaklah mudah, kemiringan dan ketintinggian sangatlah terasa. Walaupuan hanya beberapa menit. Tapi rasanya ngos-ngosan. Jangan terlalu banyak melihat ke atas, nanti putus asa dan tambah loyo, kata-kata itu teringat di pikiranku. Salah satu nasihat temanku dulu ketika menanjak gunung bersama.

                Ah.......akhirnya sampai di puncak. Namanya "PuncakKetepu" Masih gelap. Istrahat sejanak. Kemudian beraksi. Photo sana, photo sini. Jepret mulai tidak terkendali. Si Guntur, teman kami. Sedang sibuk nyalain kompor. Untuk meracik kopi andalannya, juga pop corn buatannya. Katanya, ini camilan wajib ketika menjelajah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun