Mohon tunggu...
Jalil Banteq
Jalil Banteq Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Merabu yang Tersisa di Borneo

3 Maret 2018   23:42 Diperbarui: 4 Maret 2018   09:54 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Semuanya sudah Ready.Waktunya GO..GO.....

Mata Air Nyadeng

                Kami diarahkan ke dermaga! Jaraknya hanya beberapa meter. Ternyata di belakang rumah itu sudah sungai. Dari pinggir aku perhatikan. Ada dua kapal yang sudah bersiap. Kami dibagi 2 kelompok. Aku dapat bagian kapal yang berwarna merah. Ukurannya kecil dibanding satunya yang berwarna hijau. Kami berusaha menaiki kapal, sepatu tetap tidak basah. Dihilir sungai itu dangkal. Kapal tidak bisa terlalu ditarik ketepi.

                Aku sudah naik di kapal, aku wa-was. Sepertinya kapal itu terombang-ambing. Mesin penggerak belum dinyalakan. Berdebar kencang rasnya. Aku juga perhatikan muka si Yoci sama Edwin. Sepertinya juga mereka ketakukan. Bukan karena takut hanyut. Mungkin barang-barangnya yang takut basah.

                Ngerek,,,ngerek ,,,ngerek,,,suara mesin kapal. Ditarik oleh jokinya. Namanya pak Udin. Mukanya lucu. Giginya depanya hilang satu. Rambutnya sepanjang bahu. Sesekali aku melihat ke belakang. Selalu tersenyum dan berkata "aman ini tidak akan tenggelam". Mungkin caranya menenangkanku.

                Sudah lebih 10 menit berlalu, ketinting melaju. Kami jauh lebih kencang dari ketiting satunya.  Sudah tidak kelihatan. Karena begitu banyaknya kelokan yang dilalui. Suara mesin kapal seperti mau pecah saja. Pikiranku resah dan kacau. Bagaimana tiba-tiba mesinya pecah, rusak atau apalah. Kami pasti hanyut dan barang-barang. Kerena arus sungai deras. Penggerak kapal satu-satunya  adalah mesinnya.

                Benar kataku......Tiba-tiba ketinting macet. Bagian dangkal yang dilalui airnya deras. Banyak batu-batuan kecil. Untungnya hanya beberapa detik saja. Bisa teratasi. Dihilir sungai juga ada hewan liar yang mati, baunya sangat menyegat. Kami tidak terlalu peduli. Yang penting kapal bergerak lagi.

                Dermaga ketinting sudah nampak.....kecepatan dikurangi. Ketinting mulai bermanuver. Harus tepat sasaran. Agar bisa tepat disandaran. Salah sedikit bisa tebalik satu kapal. Kami diminta turun hati-hati. Membawa barang-barang.

                Kami langsung bergerak! Menuju tujuan selanjutnya. Hari mulai gelap. Harapan bisa sampai  sebelum gelap. Pohon tumbuh dengan liar. Suara kicauan burung juga menemani sepanjang perjalan. Jalanan sedikit licin, mungkin diguyur hujan tadi pagi.

                Ditengah perjalan kami kehausan,  aku mencari sumber air. Tidak lama aliran air begitu deras, biru bersih. Aku turun mengisi botol yang ada disamping tasku. Benar airnya sangat segar, seperti dari lemari es sangat dingin  "ucapku".

                Tidak lama kami sudah sampai ditujuan "Sumber Mata Air Nyadeng". Pemandangan luar biasa indah.  Aku melihat sekeliling. Sangat takjub dan takzim. Kami istrahat sebentar. Untuk persiapan pemasangan tenda dan pengisian perut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun