Â
 Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengusap tetesan air mata, dan meredakan tangisan putrinya. Â
 Ini semua karena cintanya Sayyidatuna Fatimah pada ayahnya, tidak mampu melihat ayahnya dalam keadaan ini. Sayyidatuna Fatimah tahu siapakah ayahnya. Akan tetapi, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan usahanya, kelapangannya, serta kemampuannya kecuali dipergunakan di jalan Allah dan demi kejayaan agama ini. Â
 Kamar Sayyidina Ali dan sayyidatuna fatimah agak jauh dari kamar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dalam satu sisi Rasulullah sangat senang jika kamar Fatimah dekat degannya, karena Rasulullah sangat senang keluar masuk rumah Fatimah. Rasulullah setiap kali menikah memperluas kamarnya, sedang kamar seseorang yang paling dekat dengan kamar-kamar Rasullah adalah kamar sahabat anshar, yaitu Haritsa bin Nu'man. Â
 Suatu ketika Sayyidatuna Fatimah mendatangi ayahnya dan berkata, "Wahai Rasulullah, tidakkah engkau bicara pada Haritsa dan meminta darinya agar membagikan pada kita sebagian dari kamarnya?". Â
 Rasulullah menjawab "Wahai putriku, demi Allah saya sangat malu untuk melakukannya." Â
 Allahu Akbar.. Â
Kita lihat Rasulullah malu dengan para sahabat yang selalu siap setiap saat berkorban bukan hanya harta atau rumah mereka, akan tetapi segala jiwa raga bahkan ruh mereka demi Rasullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Â
 Rasulullah berkata "Saya malu wahai putriku karena ia telah membagi sebagian rumahnya untukku." Â
 Maka Nabipun tidak membicarakan hal tersebut pada Haritsa. Â
 Ketika sampai kabar tersebut kepada Haritsa bin Nu'man, maka segera Haritsa bergegas dan berlari menuju rumah Rosul Allah Shallallahu 'alaihi wa sallam seraya berkata, "Wahai Rosul Allah, sesungguhnya telah sampai kabar kepadaku bahwa engkau ingin memindah putrimu Fathimah dekat denganmu dan rumahku adalah paling dekatnya rumah di antara Bani Najjar denganmu. Wahai Rosul Allah, ketahuilah.. Sesungguhnya aku serta hartaku milik Allah dan Rosul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam..!" Â