Mohon tunggu...
Irfan Hamonangan Tarihoran
Irfan Hamonangan Tarihoran Mohon Tunggu... Penulis - Dosen

Menulis karya fiksi dan mengkaji fenomena bahasa memunculkan kenikmatan tersendiri apalagi jika tulisan itu mampu berkontribusi pada peningkatan literasi masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Percakapan Nyamuk Soal Agama

29 April 2024   18:55 Diperbarui: 30 April 2024   05:20 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar Pixabay.com

"Bagaimana dengan kau nyamuk jantan?" dia menghadap ke kiri.

"Aku hanya menghisap nektar."

"Kalo begitu kalian kutugaskan bertukar pekerjaan," perintahnya.

Namun baru ditugaskan satu hari saja semua nyamuk mengeluh dengan pekerjaan mereka. Rapat pun diadakan kembali.

"Kami tak terbiasa makan yang tidak kami sukai, Tuan," teriak sebagian besar nyamuk.

Dari belakang ada yang bertanya, "Kami sudah tak lagi menghisap darah manusia, kenapa mereka masih membunuh kami?"


Nyamuk yang di bagian depan juga mengeluh, "Kami sudah sopan meminta pada manusia. Kami mohon ijin ke telinga mereka untuk diberikan darah sedikit saja. Namun apa? kami langsung diserang membabi buta...."

Karena semua nyamuk mengeluhkan sifat manusia yang susah dipahami dan kadang berubah-ubah, tuan mereka pun berdiri kemudian melanjutkan bicaranya.

"Lantas untuk apa lagi kalian belajar agama kalau hanya menjalankan pekerjaan yang itu-itu saja setiap hari. Kalian sudah tunduk."

"Agama itu untuk makluk yang berpikir dan berperasaan.  Pikiran dapat membuat beragam kegiatan sehari-hari. Pikiran dapat menjadikan seseorang berubah menjadi baik atau buruk secara tiba-tiba. Pikiran juga dapat menggantikan pekerjaan dari yang tidak disukai menjadi sangat disukai. Nah, perasaan dapat merubah pikiran itu. Jadi pelawan." lanjut tuan mereka.

Semua nyamuk seketika terdiam mendengarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun