Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tetaplah Menulis Walau (Seri Puisi Epigram #38)

25 Juni 2025   17:27 Diperbarui: 25 Juni 2025   17:27 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber:dokpri foto pribadi karya Eko Irawan 24 Juni 2025)

Puisi : Tetaplah Menulis, Walau
(Seri Puisi Epigram #38)
Ditulis oleh : Eko Irawan

Apa Harus Sedih ?
Perih merintih ?
Tak luka tapi jiwa ini tertatih.
Terasing dalam rasa yang perih.

Bukan soal gaji, bukan soal uang.
Ditanggapi saja, sudah pernah girang.
Jiwa gembira hati riang.
Karya makin nyala saja,
sudah senang.

Kenapa ada jeda
Terhenti Malas berkarya
Bertanya ada apa,
Surutnya gurat pena,
Turunnya Motivasi Jiwa.

Jangan lupa tujuan menulis mu
Nyala api yang memantik geloramu
Jangan ikut arus diluar mu
Kapan kau tunjukan Jati dirimu

Tetaplah menulis, Walau...
Engkau sedang galau.
Untuk apa dirimu risau.
Mari buat dunia terpukau.

De Huize Sustaination, 24 Juni 2025
Ditulis untuk Seri Puisi Epigram 38

Catatan Kaki

Kisah dibalik puisi ini adalah sebuah pengalaman yang dialami para penulis, khususnya mereka yang baru mengawali karier di dunia kepenulisan, apalagi belum pernah memperoleh penghasilan yang mampu menopang kehidupannya. Bukannya tidak memiliki jiwa sosial, namun jika sepanjang hayat harus jadi penulis gratisan, dengan apa dia harus bertahan hidup? sebuah proses menulis minimal tetap membutuhkan biaya seperti paket data internet agar tetap bisa upload karya karyanya. Pada kenyataannya, karya karya kita tersebut belum tentu memiliki bobot kualitas dan standar tertentu. Dan untuk mencapainya, wajib dibutuhkan perjuangan yang pantang menyerah. Bernilai atau tidak, audience lah yang menjadi kuratornya. Jika publik tidak kenal aktualisasi dari karya karya kita dan apa yang kita tulis tidak up to date serta tidak dibutuhkan oleh khalayak, maka apa layak karya kita tersebut memperoleh penghargaan yang seharusnya ? sekedar dibaca saja juga tidak. Jadi ? Puisi ini coba merangkum dan memberi jawabnya. Selamat membaca dan merenungkannya.

 Baca Seri Puisi Epigram Lainnya :
https://www.kompasiana.com/tag/puisi-epigram

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun