Dengan membawa lukisan Rara Kuning, patih disertai lima orang pengawal menelusuri perkampungan dan dusun. Mereka menunjukkan lukisan tersebut sambil bertanya siapa gerangan perempuan itu. Benar-benar ada atau rekaan belaka?
Setelah sekian hari melakukan pencarian, akhirnya patih dan rombongan memperoleh titik terang. Di ujung Desa Jondhang, ada seseorang yang mengenal wajah dalam lukisan tersebut. Rombongan pencari jejak tersebut mendatangi kediaman Syekh Abdul Aziz yang lebih dikenal dengan panggilan Syekh Jondhang.
"Kula nuwun." Patih mengetuk pintu. (Permisi).
Tak selang lama, pintu terbuka. Seraut wajah rupawan bak dewi kayangan terlihat. Rombongan itu sejenak terpana. Ternyata perempuan di lukisan itu nyata.
"Maaf, anda siapa dan ada keperluan apa datang ke sini?" Wajah Rara Kuning menampakkan kewaspadaan.
"Kami utusan Raja Jaka Wangsa. Kami mendapat tugas mencari perempuan ini." Patih menunjukkan lukisan yang dibawa salah satu pengawal.
"Lantas?"
"Kami diperintahkan untuk membawa anda menghadap paduka raja."
"Suami saya tak ada di rumah. Saya tidak bisa pergi tanpa izin darinya."
"Ini perintah raja, Nisanak. Panjenengan tak bisa menolak titah raja."
"Sudah saya katakan saya tak akan pergi tanpa izin suami saya. Meski itu titah raja."