Mohon tunggu...
Ira Pranoto
Ira Pranoto Mohon Tunggu... Guru - Ibu Rumah Tangga

Menebar kebaikan lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cerita Rakyat | Teluk Awur

17 Mei 2021   10:16 Diperbarui: 17 Mei 2021   10:35 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Bukannya saya ndak suka dikangenin sama Kangmas. Tapi, kalo Kangmas bolak-balik pulang, nanti pekerjaan di ladang nggak selesai-selesai."

"Kangmas, kan cuma sebentar pulangnya. Pengen liat wajahmu yang cantik ini."

Pipi Rara Kuning merona, debar itu muncul lagi dan lagi tiap kali suami tercinta menyatakan rasa. Istri mana yang tidak tersanjung saat mengetahui sisiannya menyatakan sayang. Istri mana yang tak berbunga saat sang suami selalu kangen padanya. Tak dipungkiri Rara Kuning juga selalu ingin dekat dengan suaminya. Berat saat melepas kepergiannya ke ladang, tapi Rara Kuning tak mungkin ikut ke ladang. Pekerjaan di rumah membutuhkan tenaganya untuk diselesaikan.

"Baiklah, Diajeng, kangmas kembali ke ladang dulu, ya. Atiku wes lega lan ayem ngeti pasuryanmu." (Hatiku sudah lega dan tenteram memandang raut wajahmu).

"Inggih, Kangmas. Mangga kula derekaken dugi tritis!" (Iya, Kangmas. Mari saya antar sampai teras!).

Rara Kuning menyalami suaminya, lantas mencium tangan yang sedikit kasar itu. Tangan yang selama lima tahun ini telah bekerja memenuhi kebutuhan hidupnya. Asta yang dengan lembut mengusap kala gundah melanda, yang senantiasa menuntunnya menuju pada kebenaran dan kesalihan budi.
Sekembalinya sang suami ke ladang, Rara Kuning berpikir. Wanita berkulit kuning langsat itu berusaha mencari cara. Bagaimana agar suaminya tidak selalu pulang karena kangen.

"Aha, aku tau caranya." Wajah Rara Kuning berseri, dia sudah menemukan ide.

Saat makan malam, Rara Kuning menyampaikan ide yang tadi siang mampir di kepala.

"Kangmas, kula badhe matur." (Saya akan bicara).

"Matur apa, Diajeng?"

"Kalau misalnya panjenengan nglukis wajah kula pripun, Kangmas?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun