Saya sempat berkabar dengan Wati. Katanya, setahun kemudian, orang tua Kevin bangkrut. Bisnis mereka ambruk. Mereka tidak bisa biayai Kevin kuliah lagi. Dia drop out di tahun kedua. Lalu dia terpaksa kerja serabutan. Berkahir jadi guru honorer.
Dan saya? Saya terbang tinggi dengan beasiswa yang seharusnya dia yang dapat kalau dia tidak sengaja mengalah untuk saya.
Bu Ratna, pertanyaan yang membuat saya tidak bisa tidur: apakah saya pencuri? Apakah kesuksesan saya ini nyata? Apakah saya layak berada di posisi ini?
Atau saya hanya penerima sumbangan dari orang kaya yang kasihan melihat orang miskin?
Saya menulis surat ini bukan untuk minta maaf. Sudah terlambat untuk itu. Saya menulis surat ini karena saya ingin Ibu tahu, sistem pendidikan yang Ibu banggakan selama ini, yang katanya memberikan kesempatan sama bagi semua orang, sebenarnya penuh dengan kepalsuan.
Saya menang bukan karena saya lebih baik. Saya menang karena saya lebih butuh. Dan itu bukan keadilan.
Hormat saya,
Tuminah Kusuma Director of Operations, SG Ventures
***
Sebuah surat ditemukan tiga hari kemudian.
15 Maret 2045,Â
Kepada Bu Ratna yang saya hormati,