Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ada 3 Alasan Mengapa Orang Perlu Belajar Menerima "Gol Bunuh Diri"

17 Juni 2021   15:22 Diperbarui: 18 Juni 2021   02:17 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari: BolaSport.com

Drama kekalahan Jerman dalam laga melawan Perancis tidak dapat dipisahkan dari cerita gol bunuh diri.  Nah, itulah sebuah kenyataan di lapangan bola yang dimengerti secara lurus tanpa kiasan. Ya, suatu tendangan yang tidak dengan sengaja hingga bola memasuki gawang sendiri.

2. Gol bunuh diri dalam kehidupan sehari-hari

Berbeda lagi ketika, "gol bunuh diri" dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Gol bunuh diri bukan lagi sebagai satu ungkapan yang dimengerti sama seperti dalam konteks sepak bola, tetapi juga bisa menggambarkan suatu keadaan yang merugikan diri sendiri.

Seorang teman dari India yang sama-sama menyaksikan pertandingan Jerman vs Perancis kemarin masih juga berani-berani main taruhan 50 euro bahwa Jerman akan tetap menang meskipun keadaan sudah 1-0 di babak kedua. 

Saya sebenarnya sudah menawarkan kepadanya, sebaiknya taruhan itu dibatalkan, namun ia tetap nekad. Saya pun menyetujui itu, pada akhirnya, ya seperti "gol bunuh diri."Keyakinannya berubah sekejap menjadi suatu kerugian. 

Kenekatannya berujung pada kekalahannya sendiri. Memang terkadang orang tidak perlu terlalu memaksakan kehendak, karena jika terlalu dipaksakan, maka yang terjadi justru tidak pernah sesuai dengan yang diharapkan. 

Dalam konteks ini, "gol bunuh diri" dimengerti dalam arti kiasan sebagai suatu keadaan yang terjadi berbanding terbalik dari apa yang diyakini seseorang setelah belum lama orang itu mengatakan sesuatu secara begitu meyakinkan.

3. Gol bunuh diri untuk penulis

Sekalipun "gol bunuh diri" mudah dibicarakan dalam konteks kehidupan sehari-hari yang umum, saya pikir mungkin baik, jika lebih spesifik lagi menghubungkan ulasan tentang "gol bunuh diri" ini dengan aktivitas tulis-menulis.

 Terkadang orang mengalami entah dari pengalaman sendiri atau juga pengalaman orang lain bahwa tataran ide memang bisa bagus dan tinggi, namun jika sendiri hadapi ternyata orang sebenarnya tidak sanggup.

Orang bisa saja menulis bagus tentang menjadi pendengar yang baik misalnya, namun pada kenyataannya belum tentu penulis itu sendiri bisa menjadi pendengar yang baik.

Kegagalan dalam mewujudkan apa yang ditulis sebenarnya adalah sisi bayangan atau Schattenseite dari orang membangun personal branding. Gagal membangun personal branding yang sudah ditargetkan bisa jadi adalah "gol bunuh diri."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun