Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ada 3 Alasan Mengapa Orang Perlu Belajar Menerima "Gol Bunuh Diri"

17 Juni 2021   15:22 Diperbarui: 18 Juni 2021   02:17 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari: BolaSport.com

Suatu hari kebetulan diajak teman untuk pergi ke wilayah perkebunan, saya waktu itu kebetulan punya waktu juga. Kami berangkat ke sana. Kebetulan sekali tempat yang kami lalui sangat indah dan kebetulan ada tempat parkirnya di sana, maka kami bisa berhenti untuk memotret pemandangan indah itu. 

Ini cuma satu contoh nyata terkait kebetulan yang saya alami baru-baru ini. Saya hanya mau mengatakan bahwa jika orang punya cara pandang yang Positif, maka orang akan melihat "gol bunuh diri" pun bisa menjadi sesuatu yang positif. 

Pertanyaan sederhananya seperti ini, jika orang menerima kebetulan yang membuat orang itu senang dan gembira, mengapa orang tidak juga menerima kebetulan yang membuat ia kecewa? 

Saya yakin sekalipun "gol bunuh diri" ada dalam konteks kehidupan sehari-hari manusia, namun gol bunuh diri seperti itu tidak akan lebih sering terjadi daripada kebetulan - kebetulan yang menghasilkan rasa senang dalam diri manusia. 

Oleh karena itu alasan mengapa orang menerima "gol bunuh diri" sebenarnya bisa jadi itu suatu peringatan (Warnung),  agar orang tidak menjadi sombong, tetapi ia bisa juga mengalami hal yang lain atau semacam kegagalan, yang pada gilirannya membantu orang mencapai hal yang lebih bagus lagi. 

3. Dalam konteks menulis: belajar mengolah hati untuk menemukan disposisi batin yang selaras antara kata dan tindakan

Dalam konteks menulis mungkin perlu disadari juga ada "gol bunuh diri" yang perlu dialami. Aneh bukan? Saya mengatakan perlu dialami dan bukan dibuat atau diciptakan. 

Kenyataan "gol bunuh diri" memang tidak bisa dihindari juga kalau pada saatnya memang sudah terjadi. Dalam banyak orang mengalami itu, namun bagi saya pengalaman penting dan berarti adalah gol bunuh diri dalam arti menulis hal yang belum dihayati. 

Sering saya menjumpai pengalaman yang sungguh menantang untuk menghadapi itu secara konkret. Terkadang sempat berpikir seperti ini, "menulis sebuah ide mungkin lebih mudah, ketimbang menulis sesuatu yang sendiri bisa dilakukan. 

Orang perlu bukti kan dengan cara seperti ini, cobalah kamu menulis tentang" memaafkan orang lain atau memaafkan teman. Tulisanmu mungkin bisa vote headline, tapi beberapa hari kemudian, tiba-tiba ada pertengkaran luar biasa dan kamu bisa saja menolak permintaan maaf teman kamu. 

Baru tersadar beberapa jam kemudian, "kenapa ya, padahal baru-baru ini saya pernah menulis tentang memaafkan teman, tapi saya kok tidak bisa memaafkan." Nah, inilah yang saya namakan "gol bunuh diri" dalam konteks tulis-menulis. Orang bisa menulis, tapi jangan lupa bersiap-siaplah untuk menghadapi konfrontasi batin setelahnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun