Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Mengapa Kita Perlu Menghormati Orang Berpuasa?

16 Maret 2024   17:04 Diperbarui: 16 Maret 2024   17:07 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Dalam kisah yang terdapat pada Durratun Nashihin, disampaikan tentang seorang Majusi, atau penyembah api, yang memiliki penghormatan besar terhadap kaum Muslim. Suatu hari, dia menemukan anaknya sedang makan di tengah pasar ketika umat Muslim menjalankan puasa Ramadan. Lelaki ini marah dan memukul anaknya, menegur bahwa anaknya seharusnya menghormati orang-orang Islam yang sedang berpuasa.

Setelah mendapat peringatan keras dari ayahnya, anak tersebut tidak berani lagi makan di tempat terbuka selama bulan Ramadan. Tak lama setelah insiden tersebut, sang Majusi meninggal dunia. Pada malam harinya, seorang ulama di kampung halamannya bermimpi bertemu dengan dia. Ulama tersebut melihat bahwa sang Majusi berada di dalam surga.

Terkagum-kagum, ulama itu bertanya kepada sang Majusi, "Mengapa engkau masuk surga? Bukankah engkau seorang Majusi?". Majusi tersebut menjawab dengan tegas, "Ya, betul. Hanya saja, saat tiba waktunya untuk meninggal, aku mendengar suara di atas diriku: 'Wahai para malaikat-Ku, jangan kalian biarkan orang ini mati sebagai Majusi. Muliakanlah dia dengan Islam karena telah menghormati bulan Ramadan'."

Dari cerita ini, terlihat bahwa sang Majusi mendapat hidayah dari Allah SWT sebelum meninggal dunia sehingga dia meninggal dalam keadaan telah ber-Islam. Penghormatan terhadap bulan Ramadan membawa kemuliaan di akhirat bagi siapa pun yang melakukannya, bahkan bagi mereka yang sebelumnya berada dalam kekafiran.

Jika seorang Majusi saja bisa mendapatkan anugerah sebesar ini, bagaimana pula dengan orang-orang beriman yang hatinya sangat merindukan kedatangan bulan Ramadan? Keutamaan yang didapatnya niscaya akan lebih besar. Pertanyaannya, senangkah kita dengan hadirnya bulan Ramadan?

Keberadaan bulan Ramadan adalah anugerah besar bagi umat Muslim, seperti yang terlihat dalam kisah tentang sang Majusi. Namun, bagi mereka yang memiliki keimanan yang kuat dan hati yang hidup, kehadiran bulan Ramadan merupakan suatu kesenangan yang tiada tara, dan merupakan jalan utama untuk menjadi mukmin sejati sepanjang masa.

Pada bulan Ramadan, Allah SWT membuka pintu-pintu rahmat-Nya dengan lebar. Orang-orang yang merindukan dan bersuka cita dengan kedatangan bulan Ramadan menunjukkan tanda keimanan yang dalam. Rasulullah bahkan menyatakan bahwa orang yang merasa senang dengan kebaikan dan merasa susah dengan keburukan adalah orang beriman.

Merasa senang dengan kehadiran bulan Ramadan bukan hanya sekadar ekspresi rasa syukur, tetapi juga merupakan bagian dari persiapan untuk menerima dan melaksanakan ibadah dengan sungguh-sungguh. Kesadaran akan pentingnya bulan Ramadan dalam meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT menjadi salah satu faktor utama dalam menambah kebahagiaan ini.

Jadi, senangkah kita dengan kehadiran bulan Ramadan?

Jika kita merasa senang dan penuh antusiasme, itu menunjukkan bahwa hati kita hidup dan penuh keimanan. Semoga kita semua dapat memanfaatkan bulan Ramadan dengan baik dan mendapatkan berkah yang besar dari-Nya.

Bukanlah hal yang diinginkan jika seseorang tidak merasa senang dengan kehadiran bulan Ramadan. Hal ini bisa menjadi pertanda bahwa hatinya tengah bermasalah atau belum siap menerima berkah yang besar dari bulan Ramadan.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Orang yang tidak merasa senang dengan kedatangan bulan Ramadan cenderung tidak akan sungguh-sungguh dalam menjalani ibadah di bulan tersebut. Mereka mungkin hanya menganggap bulan Ramadan sebagai bulan biasa, tanpa memperhatikan keistimewaannya. Dalam akibatnya, ibadah Ramadan bagi mereka hanya menjadi sebuah rutinitas tahunan yang memberatkan, tanpa mendapatkan manfaat spiritual yang seharusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun