Mohon tunggu...
Indra J Piliang
Indra J Piliang Mohon Tunggu... Penulis - Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Ketua Umum Perhimpunan Sang Gerilyawan Nusantara. Artikel bebas kutip, tayang dan muat dengan cantumkan sumber, tanpa perlu izin penulis (**)

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Amnesia Nama-nama Bupati Jelang Pilkada

12 Juli 2020   03:41 Diperbarui: 12 Juli 2020   03:53 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika menelusuri nama-nama Bupati Padang Pariaman dalam etalase sejarah, saya tertumbuk, terantuk, tak tahu bertanya kemana. Pun tersesat. Di satu situs, terdapat nama Harun Zain sebagai Bupati 1975. Tentu dengan membuat perbandingan lain, nama Harun Zain tak bersua.

Ilmu sejarah dilengkapi dengan metode kritik sumber. Perbandingan sumber. Sumber primer tentu lewat dokumen tertulis. Sumber lain, bisa lewat wawancara. Tetapi ujung dari ilmu sejarah tetaplah rasionalitas. Sebagaimana ilmu-ilmu alam.

Entahlah, tidak terasa, air mata menetes. Seperti takana bana. Tentang pesan almarhum ayahanda saya, Boestami Dt Nan Sati (07 Juli 1935 - 26 Desember 2016). Di pembaringan. Saat sekarat. Usai terkena serangan stroke ketiga kalinya.  

Ayah tahu, saya pandai menulis. Karena saya suka membaca. Ratusan lembar surat-menyurat antara ayah dengan saya saban bulan, terjadi selama puluhan tahun. Tulisan ayah begitu indah. Saya sangat kumal. Kami sering bertengkar. Jarang setuju-setuju saja atas apapun masalah yang kami tuliskan.

Dan saya mulai pahami, kini, salah satu yang diminta ayah adalah menulis tentang kampung halaman. Tentu Padang Pariaman, walau ayah asal Tanah Datar. Kisah Tanah Datar dan segala kemegahan sejak zaman Pagarruyung sudah banyak tertuang dalam buku.

Rudal Kuning Sepanjang Pantai

Padang Pariaman? Yang bahkan sampai kini masih hadir dalam portal Historia mahakarya Empu Bonnie Triyana sebagai bagian dari olok-olok antara Hasyim Ning dengan Jenderal Ahmad Yani.

 Tentang bakal kesulitannya tentara pusat yang turun di pantai Pariaman. Sebab, "ditembaki" oleh rudal-rudal berwarna kuning di sepanjang pantai Pariaman. 

Saya sangat mengerti kisah itu. Seperti muka saya sendiri yang dilumuri rudal-rudal kuning itu, sehingga pas tahu saya asal Pariaman: orang-orang akan "melahap" seluruh tubuh saya, seakan saya tak bisa dan tak mengerti tentang kebersihan.

Padahal, ayah mengajarkan tentang kebersihan itu lebih mirip tata cara orang-orang Belanda totok. Di meja makan. Ayah menyuci sendiri baju-baju sekolah kami. 

Tak boleh ditemukan bekas rokok di saku. Malam-malam, ayah bakal masuk ke kamar kami yang tidur berhimpitan. Membaui mulut kami. Ah, jangankan telinga, kaki atau tangan kami, kucing-kucing kurappun dimandiin ayah. Diobati. Ayah benar-benar mengimani kebersiha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun