" Oh..masalah duit kos kan, udahlah..aku datang ke sini bukan buat nagih kok, aku mau ngajakin kamu main kartu. Dari pada kamu main kartu sendirian kan, hahaha.." tawa Arman justru membuat Joko menjadi tambah merasa tidak enak hati.
" Boleh aku buat peraturan baru main kartu ini...he he..maksudku tidak seperti peraturan yang sebenarnya, " kata Arman lagi. Joko semakin gugup, kebingungan.
" Begini Joko...kalau nanti kartu yang kamu dapetkan adalah queen, Raisa bisa jadi pacar kamu!" jelas Arman.
" Maksud mas Arman...?" tanya Joko heran. Arman hanya tersenyum sembari mengedipkan matanya, seakan memaksa Joko untuk mengiyakan aturan mainnya.
     Kartu queen dengan gambar hati di setiap sudutnya, ada di tangan Joko sekarang. Bukan king, seperti yang biasa ia dapatkan ketika sedang bermain kartu seorang diri. Itu tandanya, nona Raisa bisa menjadi pacarnya.
Arman tersenyum senang, tapi tidak dengan Joko. Bagaimana ini bisa terjadi begitu saja ?
Joko semakin tidak mengerti, apalagi saat dia menanyakan maksud dari permainan kartu ini.
"Sudahlah Joko, terima saja ya hadiahnya, aku tambah lagi ya, untuk duit kontrakan aku bebaskan sampai bulan depan, atau sampai kapan pun kamu mau," Arman menawar dengan setengah memaksa. Sementara itu, Joko semakin tidak paham maksud semua ini, ia merasa seperti kejatuhan buah durian. Buah yang rasanya paling lezat, tapi kulitnya berduri.
" Bukannya dia istri mas Arman, apakah...?!"
"Dia bukan istriku, dia adalah perempuan yang menginginkan aku, tapi aku tidak mencintainya," jelas Arman.
     Malam itu Joko tak bisa tidur. Hati dan pikirannya berkecamuk hebat bagai air laut yang akan tumpah ke daratan. Antara senang dan takut, bersyukur atau malah  mengumpatnya. Rejeki atau bukan, Joko semakin tidak percaya. Nyaris linglung. Bayangan Raisa semakin mendekati jiwa. Yang menjadi masalahnya nanti apakah Raisa mau juga menjadikan Joko sebagai pacar dadakan ?